Minggu, 01 Maret 2015

Timbangan Tiga Kali

Suatu hari, Socrates, seorang filosof yang dikenal bijaksana di masa Yunani, didatangi seorang laki-laki yang langsung berkata, "Tahukah Anda apa  yang baru saja saya dengar mengenai teman Anda?"

"Tunggu dulu," potong Socrates. "Sebelum memberitahukannya, aku ingin menanyakan tiga hal. Sebutlah itu timbangan tiga kali."

"Maksud Anda?" tanya lelaki itu tak mengerti.

Socrates menjelaskan, "Sebelum Anda mengatakannya, saya ingin bertanya, apakah yang Anda katakan adalah sesuatu yang pasti benar?"

"Belum," jawab laki-laki itu, "Saya baru saja mendengarnya, dan ingin memberitahukannya kepada Anda,"

"Baiklah," kata Socrates, "Jadi Anda sungguh belum tahu apakah hal itu benar atau tidak?"

"Sekarang, saya bertanya, apakah yang akan Anda katakan mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?"

"Tidak, sebaliknya, Ini mengenai hal yang buruk," jawab laki-laki itu

"Jadi," lanjut Socrates, "Anda ingin mengatakan sesuatu yang buruk mengenai teman saya, padahal Anda tidak yakin kalau itu benar. Lalu apakah akan berguna untuk saya apa yang Anda ingin beritahukan itu?"

"Tidak, sungguh tidak," jawab laki-laki tersebut.

"Kalau begitu," tukas Socrates, "Jika apa yang Anda ingin beritahukan kepada saya tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, mengapa menceritakannya kepada saya?"

Ucapan seringkali laksana anak panah, yang begitu lepas dari busurnya tak lagi bisa dikendalikan. Dan seringkali itu menyakiti orang yang mendengarnya, maka sebelum mengucapkannya, maka cobalah timbang dengan tiga timbangan Socrates.

Pengendalian lisan bagi setiap muslim merupakan kemuliaan, kenapa demikian? karena betapa banyak keributan bahkan peperangan terjadi, karena kurangnya kendali lisan tersebut. Rasulullah SAW mengatakan kepada Muadz bin Jabal ra. bahwa banyak orang masuk neraka akibat ulah lisannya.

"Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan atau lisan mereka." (H.R. Tirmidzi)

Maka dari itu, betapa penting kita menjaga lisan. Agar hidup dan kehidupan menjadi lebih bermakna, hendaknya kita ingat selalu pesan Rasulullah SAW.

Dari Abdullah bin 'Amr, Nabi bersabda : "Seorang muslim itu adalah apabila ada orang muslim lainnya berada di dekatnya merasa aman dari lidah dan tangannya, sedangkan orang yang berhijrah, dia adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kalau mengejar kesenangan sesaat lantas menderita, pintarkah kita? 
Ketika tahu ada yang kekal abadi tapi lebih mementingkan yang sementara, cerdaskah kita?
Kalau lebih mengutamakan ambisi pribadi dengan menghalalkan segala cara dan mengorbankan/menyakiti orang lain, arifkah kita?
Kalau kita termasuk yang demikian, apakah kita sudah benar-benar Islam?
Bukankah orang Islam itu yang baik dunianya untuk membangun kehidupan akhiratnya, orang Islam itu adalah yang taat kepada Allah dan paling banyak manfaatnya. Sudah Islamkah kita?

Salam Sukses Dunia-Akhirat

Selasa, 05 Februari 2013

''TIGA PINTU BAHAGIA''

REPUBLIKA.CO.ID,
 Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung MA




Kebahagiaan (as-sa’adah) adalah harapan meski dipahami berbeda oleh setiap insan sesuai keyakinan dan pemahaman hidupnya. Karena itu, jalan yang ditempuh untuk meraihnya pun berbeda pula.
Kebahagian harus dicari dan diusahakan, tidak datang dengan sendirinya (QS.28:77).

Makna kebahagiaan seorang Muslim adalah pencapaian dunia dan akhirat, material dan spritual, individual dan sosial, emosional dan intlektual. Sebuah kebahagiaan yang utuh (integrated) dan menyeluruh (komprehensif).

Mahatma Gandhi pernah mengatakan .”Happiness is when what you think, what you say and what you do are in harmony”.(Kebahagian adalah ketika apa yang Anda pikirkan, katakan dan lakukan terdapat kesesuaian).
 
Imam Al-Gazali  membagi kesenangan manusia itu pada dua tingkatan yakni lazaat yaitu kepuasan (lezat) dan sa’adah (kebahagiaan). Yang pertama lebih pada aspek indrawi dan sesaat (material) sedangkan yang kedua pada aspek batini (rasa dan langgeng).

Puncak tertinggi dari kepuasan dan kebahagiaan manusia adalah ma’rifatullah yakni mengenal Allah. Kebahagiaan itu bergerak dalam ranah kalbu (rasa), tapi ekspresinya kongkrit berupa keceriaan, keindahan, kelapangan, ketaatan dan kemanfaatan hidup. 

Hati manusia adalah tempat berlabuhnya sifat ilahiyyah, maka setiap kata, sikap dan perilaku yang bersesuaian (yang tergambar dalam asma al-husna) akan menentramkan. Sebaliknya, segala yang bertentangan dengannya akan merisaukan. (QS.91:8-10),

Dalam sebuah Riwayat, Nabi saw berpesan : “Kebahagiaan manusia itu ada tiga dan deritanya pun ada tiga. Kebahagiaan itu adalah istri yang shalehah, rumah yang bagus dan kendaraan yang baik. Sedangkan derita manusia yaitu : istri yang jahat, rumah yang buruk dan kendaraan yang jelek”. (Hadits Riwayat. Ahmad dari Sa’ad bin Abi Waqash ra).

Pertama ; Istri shalehah (al-mar’atush shalihah).  Ia adalah jalan mendapatkan anak yang saleh dan rumah yang nyaman (keluarga sakinah).  Kriteria kesalehan istri adalah menyenangkan jika dipandang, merasa nyaman jika ditinggalkan, menjaga kehormatan, harta dan patuh jika diperintahkan (HR. Al-Hakim dan An-Nasai).

Agama menuntun agar menikah karena agamanya, bukan karena kecantikan dan hartanya sebab akan membuatnya binasa dan durhaka (sombong). “Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri salehah”.  (Hadits Riwayat Muslim dari Abdullah bin Umar). 

Kedua ; Rumah yang bagus (al-maskanush shalih).  Dalam riwayat lain dijelaskan dengan “rumah besar yang banyak didatangi tamu” (ad-daru takuunu waasi’atan katsiroh al-marofiqi).

Rumah tidak hanya tempat berteduh dari panasnya terik matahari dan dinginnya udara malam serta melepaskan lelah. Tapi ia juga tempat  membangun kehidupan keluarga dan  pemimpin umat masa depan.

Rumah adalah tempat menyusun strategi perjuangan dakwah dan sumber inspirasi meraih kesuksesan. Baitii jannatii (rumahku adalah surgaku). Demikian Nabi saw.

Secara fisik, rumah yang bagus adalah besar, lega, bersih dan indah dengan pekarangan  tertata rapi. Tapi, secara sosial ia terbuka menerima tamu (silaturrahim) terutama orang-orang lemah (dhuafa dan mustad’afin).

Secara spritual ia menjadi tempat dilantunkan ayat suci Al-Qur’an, mengkaji dan mengajarkannya kepada anak-anak (madrasah), ditegakkan shalat dan untuk taqarrub kepada Allah.  

Ketiga ; Kenderaan yang baik (al-markabush shalih).  Kendaraan adalah simbol status sosial, mobilitas dan interaksi sosial dalam mencari keberuntungan hidup. Kendaraan adalah alat untuk mencapai tujuan dengan cepat, mudah, aman dan nyaman.

Jika kita menempuh perjalanan dengan kendaraan yang bagus, ber-AC, harum dan cepat, maka perjalanan akan mudah dan menyenangkan. Ketika panas terik tak berkeringat, ketika hujan tak kebasahan, takkala angin kencang tak terhempaskan.  


Tapi, jangan lupa kendaraan juga harus bermafaat dalam membangun umat, menolong sesama dan mempermudah jalan dakwah. Ketiga pintu kebahagiaan tersebut merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Jika salah satunya tiada, yang lain tak bermakna. 

Kita mesti sadari, ketiga hal tersebut bukan tujuan hidup, tapi hanya sarana untuk meraih kebahagiaan hakiki, yakni berjumpa dengan Allah kelak di surga.  

Jika ketiga hal itu sebagai faktor eksternal, maka kebahagiaan harus ditopang dengan kualitas internal yakni dikokohkan dengan pondasi keimanan, buka pintunya dengan kunci keikhlasan, hiasi dengan pengharum kesyukuran.

Selain itu, pagari dengan tembok kesabaran, isi dengan mebeler ilmu pengetahuan dan selalu bersihkan dengan sapu ketauhidanAllahu a’lam bish-shawab.



Wahai Generasi Islam.....
selagi di dunia,
milikilah cita-cita mulia, upayakan sekuat kemampuan 
dengan ikhtiar dan doa.
Ketika Allah menyampaikan harapan....
ingatlah bahwa itu bukanlah tujuan, melainkan hanyalah sarana,
untuk menolong agama Allah, meraih harapan yang lebih tinggi
selamat dan mulia di sisi- Nya.
Di akhirat nanti.


''Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu''. (Qs Muhammad ; 7)






Jumat, 01 Februari 2013

''WASIAT EMAS RASULULLAH SAW''

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.. (QS. al-Furqân: 63)
 
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang bersikap tawadhu karena mencari ridho Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barang siapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya.Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi (HR. Al Baihaqi)

Inilah manusia Agung selalu berpihak dan sangat hormat kepada yang tua, duka menjenguk orang yang sakit, dan Mengasihani orang miskin.

Beliau bantu orang-orang yang lemah. Tidak segan bercengkrama dan  bergurau dengan anak-anak, Beliaupun suka bermain-main dengan keluarganya.

Beliau sudi berbincang dengan orang biasa yang terdapat di kalangan umat serta rakyat jelata. Beliau bersedia duduk di atas tanah. Tidur di atas pasir, bertilamkan tanah, dan beralaskan tikar kasar yang terbuat daripada pelapah kurma.

Beliau merasa puas dengan ketentuan Tuhannya. Beliau tidak pernah tamak terhadap kemasyhuran, kedudukan, atau jabatan yang menggiurkan atau tujuan-tujuan yang bersifat duniawi.
Beliau selalu tersenyum bila berjumpa para shahabatnya. Bila berjabatan tangan, beliau tidak hendak melepaskan sebelum sahabat itu melepaskan tangannya

Sahabat Abdurrahman Ibn Shakr yang lebih dikenal dengan Abu Hurairah r.a. bercerita: Suatu ketika aku masuk pasar bersama Rasulullah SAW. Rasulullah berhenti, membeli celana .
Mendengar suara Rasulullah SAW, si pedagang celanapun melompat mencium tangan beliau. Rasulullah menarik tangan beliau sambil bersabda: “ltu tindakan orang-orang asing terhadap raja mereka. Aku bukan raja, Aku hanyalah laki-laki biasa seperti kamu.” Kemudian, beliau ambil celana yang sudah beliau beli. Aku berniat akan membawakannya, tapi… Beliau buru-buru bersabda: ”Pemilik barang lebih berhak membawa barangnya.”

Dari ‘Umar bin al-Khaththab, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani memuji ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanya hamba-Nya maka katakanlah (tentang aku) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari:VI/478)

Dari Sahabat Anas bin Malik ra. berkata: “Dahulu ada budak kecil perempuan dari penduduk Madinah meraih tangan Rasulullah saw, Lalu anak kecil itu mengajak beliau pergi ke mana saja ia suka.” (HR. Al-Bukhari:X/89, Fat-hul Baari, secara mu’alaq) dan (Muslim:XV/82-83, Syarh Muslim, Imam an-Nawawi)

Dari al-Aswad (bin Yazid), dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah: “Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah saw di rumahnya? ‘Aisyah menjawab: Beliau biasa membantu pekerjaan keluarga, apabila mendengar suara adzan, beliau segera keluar (untuk menunaikan) shalat.” (HR. Al-Bukhari:II/162 Fat-hul Baari).

Manakala seseorang melihatnya gemetar karena karismanya, maka baginda berkata: “Tenangkanlah dirimu, sebab saya adalah anak seorang perempuan biasa yang memakan daging dendeng di Mekkah.”

Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau, karena mereka mengetahui bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak menyukai cara seperti itu. (HR. Ahmad)

Rasulullah saw bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi. (HR. Muslim).

Dalam sebuah kesempatan sahabat Abu Dzar a-Ghifffari r.a pernah bercakap-cakap dalam waktu yang cukup lama dengan Rasulullah S.a.w. Diantara isi percakapan tersebut adalah wasiat beliau kepadanya. Berikut petikannya ;


Aku berkata kepada Nabi S.a.w, “Ya Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan.” “Ya Rasulullah, tambahkanlah.” pintaku.


“Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah azza wa jalla, karena hal itu merupakan cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”

“Ya Rasulullah, tambahkanlah.” kataku.


“Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah.”


“Lagi ya Rasulullah.”


“Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku.”


“Lagi ya Rasulullah.”


“Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka.”


“Tambahilah lagi.”


“Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya.”


“Tambahlah lagi untukku.”


“Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).”


Kemudian beliau memukulkan tangannya kedadaku seraya bersabda,”Wahai Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau bertadabbur (berfikir), tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari keserakahan), tidaklah disebut interopeksi diri kalau seseorang kurang baik akhlaqnya.”


Itulah beberapa wasiat emas yang disampaikan Rasulullah S.a.w kepada salah seorang sahabat terdekatnya. Semoga kita dapat meresapi dan mengamalkan wasiat beliau. Wallahu A`lam.


Ya Rasulullah, Salam alaika

BAHAYA BAGI ''ORANG-ORANG YANG BANGKRUT''

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW bertanya , “ Tahukah kamu siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu ?”. Para sahabat menjawab, “ Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan kami ialah orang yang kehabisan uang (dirham) dan barang.” 
 
Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku ialah orang yang nanti di hari kiamat datang dengan membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat.

 
Di samping itu, dia juga benar-benar pernah mencaci maki si fulan ini, menuduh si fulan,  memakan harta si fulan ini,  menumpahkan darah si fulan ini, dan memukul si fulan ini.
Maka si fulan ini akan diberinya dari pahala kebaikan-kebaikan orang tersebut dan si fulan ini akan diberinya dari pahala kebaikan-kebaikannya.

 
Kemudian jika pahala kebaikan-kebaikannya itu telah habis sebelum mencukupi apa yang menjadi tanggungannya, maka dosa-dosa orang yang dizhalimi itu akan diambilnya untuk dipikulkan kepadanya, kemudian sesudah itu barulah dia dilempar ke dalam neraka. “ (HR: Muslim) 

  
Ada dialog menarik antara Rasulullah saw dengan para sahabat yang diriwayatkan Imam Muslim tentang muflis ( orang yang bangkrut). Para Sahabat menjawab pertanyaan Rasulullah SAW tentang  siapakah yang dimaksud dengan orang bangkrut itu?

Mereka berkata, “ Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan kami ialah orang yang kehabisan uang (dirham) dan barang. Itu persepsi umum, kalau orang yang bangkrut itu adalah orang yang kehilangan atau orang merugi sehingga kehabisan harta dan barangnya.

Rasulullah SAW menjelaskan sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku ini ialah orang yang nanti di hari kiamat datang dengan membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat.

Di saat yang sama ia membawa dosa-dosa prilaku sosial (hablumminannas) yang ternyata mengakibatkan devisit pahala di akherat nanti. Dosa-dosa prilaku sosial (hablumminannas) tersebut seperti di bawah ini:

Pertama, mencaci maki orang lain. Bila seseorang mencaci-maki seseorang, biasanya akan keluarlah kata-kata yang tak senonoh dari mulutnya sehingga mengakibatkan hilangnya harga diri orang tersebut. Padahal, harga diri dalam Islam sangat dijunjung dan dimuliakan.

Apabila manusia merendahkan dan melecehkan harga diri seseorang, dia hakikatnya melampui otoritas Allah SWT.  Hanya Allahlah yang paling berhak merendahkan manusia yang menyekutukanNya.

Sebagaimana firman-Nya di surah Al-Ahzab ayat 19; ” Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan , kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati.

Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan  amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Kedua, menuduh orang lain. Fitnah adalah amal paling buruk, karena fitnah lebih kejam dari pada membunuh. Firman Allah SWT pada surat Al Baqarah ayat 191, “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu ; dan fitnah  itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.’’

Ketiga, memakan harta orang lain. Ini perbuatan yang sangat merugikan pihak lain apalagi diambil dengan cara-cara yang kasar dan tanpa berperasaan termasuk prilaku korupsi, apalagi merampas harta anak yatim maka sangat besar murka Allah SWT.

Ini merupakan peringatan kepada para pengelola dana umat terutama harta anak yatim, sebagaimana firman Allah pada surat An-Nisa ayat 10. “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala .” 

Keempat,membunuh orang lain. Islam sangat memuliakan manusia sehingga nilai nyawa seseorang sangatlah besar di hadapan Allah SWT. Membunuh satu manusia sama dengan membunuh semua manusia di alam semesta.

Firman Allah SWT di surat Al Maidah ayat 52  yang artinya; “Oleh karena itu Kami tetapkan  bagi Bani Israil, barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu  membunuh orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.’’

Kelima, memukul/menganiaya orang lain. Islam sangat menjunjung persahabatan dan persaudaraan antar sesama. Islam menolak pertikaian sehingga terjadi penganiayaan baik menghina maupun memukul fisik seseorang.

Allah saja tidak mau menganiaya hamba-hambaNya, kenapa manusia menganiaya yang lain sebagaimana firmanNya pada surat Ali Imran (3) ayat 108, “Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.”

Apabila seorang Mukmin melakukan kelima hal tersebut terhadap yang lain, kelak di akherat ia akan dituntut oleh  pihak-pihak yang dizhalimi.

Apabila orang tersebut memiliki pahala dari shalat, zakat, haji, dzikir dan yang lainnya, maka diambillah pahala tersebut untuk diberikan kepada pihak-pihak yang didzalimi. Bila pahalanya habis, maka dosa orang yang didzaliminya dilimpahkan kepadanya.

Pihak-pihak yang dilanggar tersebut bisa dari keluarga inti (suami,istri, dan anak), keluarga besar dan masyarakat secara umum yang bergantian mendatangi pihak yang melanggar untuk meminta pertanggung-jawabannya.

Wajar bila nanti di akherat banyak orang ahli ibadah (ibadah mahdhah) namun devisit pahala karena prilaku sosialnya (ibadah ghaira mahdhah/muamalah) yang buruk. Wallahu a’lam



Tak ingin bangkrut di akherat nanti ?
Ayo perbaiki ketaqwaan kita kepada Allah....
Memperbaiki hubungan dengan Allah dan perbaiki pula hubungan dengan sesama sesuai tuntunan syariat-Nya.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan senantiasa  membimbing kita menuju ridho-Nya. aamiin

Kamis, 31 Januari 2013

''KETIKA PARA SAHABAT MENANGIS''

Wahai sahabat, apakah kalian termasuk golongan yang ‘melo’ (meminjam istilah gaul saat ini)- Melo atau melankolis dengan artian ; sensitifnya hati  sangat dianjurkan manakala terdengar kalam-kalam Allah dilantunkan. Jangan malu menangis karena insya Allah mata yang menangis pertanda hati yang sehat dan jernih. Ibnu Abbas berkata saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
 Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata semalaman berjaga di jalan Allah “ (HR. Tirmidzi)

“ Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka , mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci Rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereke bertambah khusyuk” (Al Isra 107-109)

Menangis adalah satu karunia Allah kepada kita.  Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang tidak bisa meneteskan air mata. Bukan saja mata kita kering karena tidak ada air yang membasuhnya secara alami, tetapi juga kekeringan jiwa. Menangis bukan hanya karena  kehilangan orang yang dicintai, barang yang kita sangat sayangi ataupun karena sakit, tetapi menangis karena hati yang penuh takut dan harap kepada Dzat yang menciptakan kita. Takut akan siksanya dan cemas jika tidak mendapat rahmatNya. Bergetarnya Qalbu dan badan manakala diperdengarkan ayat-ayat Nya.

Para sahabat adalah tokoh-tokoh tidak ada duanya setelah para Rasul dan Nabi dalam menempatkan hatinya  tunduk dan terpana dan tak berdaya di depan  kalimah Illahi. Inilah sebagian kisah mereka  yang menggambarkan kehalusan jiwanya manakala berinteraksi dengan ayat Al Qur’an.


ABU BAKAR

Prestasi  pada era kenabian Muhammad saw dan masa kekhalifahannya sangatlah agung untuk kita ingat dan sebutkan. Abu Bakar Ash Shidiq seorang laki-laki dewasa pertama yang beriman kepada Allah dan rasulNya,  khalifah rasulullah sekaligus sahabat beliau, laki-laki yang paling mencintai rasul dan menemaninya pada saat-saat mendebarkan di gua Hira. Namanya Abdullah bin Quhafah, Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’aab bin sa’ad bin taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al quraisy At-taimi.

Imam al Bukhari di dalam kitab shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bahwa dia pernah diberitahu oleh ayahnya , ketika sakit yang diderita oleh Rasulullah semakin berat dan beliau diberitahu akan tibanya waktu shalat, beliau bersabda ,” suruhlah Abu Bakar untuk mengimami sahalat orang-orang.” Aisyah berkata , “ Sesungguhnya Abu Bakar itu seorang yang  sensitif ; jika membaca Al Qur’an dia tidak akan kuasa menahan tangisnya.” Rasulullah tetap mengatakan “ suruhlah abu Bakar untuk mengimami shalat!” Aisyah tetap membujuk beliau supaya menunjuk sahabat yang lain, namun beliau tetap memerintahkan ‘” Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat! Kalian ini seperti saudara-saudaranya Yusuf saja !”

Pada  masa kaum muslimin mendapat cobaan , Abu Bakar dan keluarga keluar untuk hijrah ke negeri Habasyah. Ibnu Dhagina seorang pemuka di daerah qarah mempertanyakannya, “ Kamu mau kemana hai Abu Bakar/ Orang sepertimu mestinya tidak diusir dan jangan pergi  karena kamu selalu menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang tidak punya, selalu menyambung silaturrahim, kamu selalu meringankan beban orang lain , memnghormati tamu dan selalu menegakkan kebenaran. Karena itu aku memberikan jaminan keamanan kepadamu. Kini pulanglah dan beribadahlah kepada Rabb mu di negeri mu sendiri!”

Abu Bakar pun kembali bersama Ibnu Daghinah . Orang-orang Quraisy mengatakan kepada Inu Dhaginah” suruhlah Abu Bakar untuk beribadah kepada Rabbnya di rumahnya saja . Disitu silakan saja dia mengerjakan  shalat dan dan  membaca apa saja sesuka hatinya. Jangan sampai ibadahnya itu mengganggu kami dan jangan sampai dia melakukan terang-terangan ..karena kami takut istri dan anak-anak kami terpengaruh olehnya.

Ketika Ibnu Dhaginah menyampaikan hal itu kepada Abu Bakar , terpikir untuk  mendirikan mesjid kecil di halaman rumahnya. Kemudian Abu Bakar  biasa mengerjakan shalat dan membaca al Qur’an disana . Tetapi  yang terjadi di luar perkiraan..para istri dan anak-anak orang musyrik berdesak-desakan di pintu karena takjub dan ingin menyaksikan Abu Bakar yang sering menangis dalam ibadahnya ! ..Akibatnya hal ini kembali  menggoncangkan tokoh-tokoh musyrik Quraisy dan mereka merasa terancam oleh tangisan  Abu Bakar..


UMAR BIN KHATAB

AL faruq , pengganti khalifah Rasulullah SAW, seorang laki-laki yang dengannya Allah menjadikan Islam gilang-gemilang. Dialah syahidul Mihrab (yang gugur sebagai syahid di Mihrab). Umar bin Khatab bin Nufail bin Abdul uzza bin Riyadh bn Abdullah bin razah bin Adi bin Ka’ab bin Ghalib Al Qurasyi Al Adawi, Abu Hafsh,  – dialah orang pertama yang dipanggil dengan Amirul Mukminin. Di masa kekhilafahannya banyak negeri di bebaskan dari kemusyrikan. Keutamaannya sangat banyak. Abu Bakar dan dia adalah dua orang wazir serta menteri Rasulullah dan keduanya adalah tetua dari para pemuka penghuni surga.

Ibnu Mas’ud berkata, “ Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah kasih sayang,” Selain segala ke’perwiraan” Umar, maka diapun adalah pemilik hati yang lembut dan sensitif. Abdullah bin Syidad berkisah,” “ Saya pernah mendengar suara sesenggukan Umar saat membaca  ayat :”…bahwasanya aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah (Yusuf : 86)

Ibnu Umar pun berkata, “ aku pernah mengerjakan shalat di belakang Umar dan kudengar isak tangisnya dari shaf ketiga . Sahabat yang lain mengatakan “ Umar pernah mengimami kami shalat Fajar maka Umar membaca surah Yusuf dari awal dan ketika sampai ayat “ Dan kedua mamenjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (kepada anak-anaknya) Yusuf 84 :…. Umar menangis sehingga suara sesenggukannya terdengar sampai shaff belakang. Maka Uqbah membacakannya dan Umar menangis keras, lantas berkata ‘” Aku tidak pernah menyangka bahwa ini telah diturunkan..”

Hafsh Bin Humaid meriwatkan dari Syamar bin Athiyyah, bahwa apabila Umar bin Khattab membaca ayat  QS Maryam : 71  “ Dan tidak seorangpun dari kalian yang tidak melewatinya (neraka)..”
Maka Umar menangis dan berkata,’ Wahai Rabbku, aku termasuk yang engkau selamatkan atau yang engkau  biarkan di dalamnya dalam keadaan berlutut?”..


ABDURRAHHMAN BIN AUF

Panggilannya Abu Muhammad . Beliau adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga dan salah seorang dari enam orang Ahlusy syura yang dibentuk oleh Umar bin Khatab. Beliau juga seorang yang turut serta dalam perang Badar. Sa’ad bin Ibrahim mengkisahkan “ Pada suatu ketika seseorang mengantarkan makan malam Abdurrahman bin Auf yang mana siangnya dia berpuasa. Saat dia membaca QS Muzzamil 12-12..” Sungguh, disisi kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala, dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih…”  Maka Abdurrahman menangis terus dan terus menangis sampai makanannya di bawa masuk lagi. Dia tidak makan malam  padahal siangnya berpuasa.!


ABU HURAIRAH

Al Imam Al Afaqih Al Mujtahid Al Hafizh Abu Hurairah Ad Dausy Al Yamaniy, penghulu para hafizh yang terpercaya.  Sulaiman bin Muslim bin Jammaz menyatakan pernah mendengar Abu Ja’far menyampaikan bahwa pada saat Abu Hurairah radiallahu anhu membaca surat At takwir, dia bersedih seakan-akan ditinggal mati kerabatnya.


AISYAH

Aisyah binti Abu Bakar Ash shiddiq Al Qurasyiyah At tamimiyah al Makiyyah , Istri Nabi SAW dan wanita yang paling memahami urusan agama secara mutlak.
Abu dhuha meriwayatkan dari seseorang yang mendengar dari Aisyah Ra saat dia membaca ayat :
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu…(AL Ahzab : 33)

“Dia menangis sampai kerudungnya basah. Aisyah menangis karena menyesal telah pergi ke Basrah, dan keluar rumah saat perang Jamal. Qasim berkata,” Saat aku berkeliling di pagi hari, aku biasa memulainya dengan rumah Aisyah; kuucapkan salam kepadanya. Suatu pagi aku ke sana kudapati ia asedang bertasbih (mengerjakan shalat) dan membaca :
“ Maka Alah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka (Ath Thur; 27)

Dia berdoa sambil menangis. Dia mengulang-ulangnya .Aku berdiri menunggu sampai bosan.  Karenanya aku pergi ke pasar berbelanja dan kemudian kembali ker rumah Aisyah. Ternyata dia masih berdiri seperti saat kutinggalkan. Dia shalat sambil menangis…(Muhammad Syauman Ar Ramli , Aqwam 2007)

“ Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka , mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereke bertambah khusyuk” (Al- Isra 107-109)


Subhanallah.....
Sahabat,,,
Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita menangis karena Allah ? Atau menangisi dosa dan kealpaan yang pernah kita lakukan ?
Andai kita tahu, apa yang akan terjadi sesudah kematian... maka kita akan banyak menangis daripada tertawa.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat taufik hidayah-Nya, sehingga mampu menangis karena merenungi firman-firman-Nya, menangis karena mengharap ampunan dan rahmat-Nya. Aamiin


URGENSI ''KESABARAN'' DAN MAKNA-NYA

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)


Sekilas Tentang Hadits
 
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.



Makna Hadits Secara Umum

Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.

Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.

Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.

Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.


Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.


Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.


Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.


Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam;

1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.

2. Larangan isti’ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."

4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."

6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur’an (13: 23 – 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al-Qur’an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.


Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.

Sebagaimana dalam al-Qur’an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;

1. Kesabaran merupakan "dhiya’ " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)


2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu’min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)

8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)


Bentuk-Bentuk Kesabaran

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.


2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.


Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)


2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.


3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)


4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).


5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)


6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).



Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;

1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)

6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.


7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.


Penutup

Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar merupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.

Wallahu A’lam.






By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.

Selasa, 09 Oktober 2012

''SIAPAKAH ORANG YANG CERDAS ?''

“Orang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati, sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (Riwayat Imam Ahmad).


Hadits di atas oleh sebagian ahli di-dhaifkan, tapi Tirmidzi menghasankan, bahkan Al-Hakim menshahihkannya. Sanad Hadits di atas mengundang perdebatan karena adanya perawi yang bernama Abu Bakar bin Abu Maryam yang oleh sebagian ahli Hadits dikelompokkan sebagai orang yang lalai. Akan tetapi matan (isi) kandungan Hadits tersebut sangat baik, sejalan dengan ajaran Islam secara keseluruhan dan tidak ada yang menyangsikan.


Menurut Hadits ini, kecerdasan seseorang dapat diukur dari kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya (cerdas emosi) dan mengorientasikan semua amalnya pada kehidupan setelah mati (cerdas spiritual). Mereka yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian, mereka juga percaya bahwa setiap amalan di dunia sekecil apapun akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Shubhanahu wata’ala (SWT).


Keyakinan tentang keabadian, menjadikannya lebih berhati-hati dalam menapaki kehidupan di dunia ini, sebab mereka percaya bahwa kehidupan itu tidak sekali di dunia ini saja, tapi ada kehidupan yang lebih hakiki. Dunia adalah tempat menanam, sedang akhirat adalah tempat memanen. Siapa yang menanam padi akan menuai padi. Siapa yang menanam angin akan menuai badai.


Tak hanya bersikap hati-hati, orang yang cerdas spiritualnya lebih bersemangat, lebih percaya diri, dan lebih optimis. Mereka tidak pernah ragu-ragu berbuat baik. Sebab jika kebaikannya tidak bisa dinikmati saat di dunia, mereka masih bisa berharap mendapatkan bagiannya di akhirat nanti. Jika tidak bisa dinikmati sekarang, amal kebaikan itu akan berubah menjadi tabungan atau deposito secara otomatis, yang kelak akan dicairkan justru pada saat mereka sangat membutuhkan.


Ketika menanam pohon, misalnya, mereka sangat antusias. Mereka yakin jika pohon tersebut nantinya berbuah, tidak ada yang sia-sia sekalipun buahnya dimakan burung atau dicuri maling. Sekalipun ia tidak menikmati buah itu di dunia ini, ganjarannya akan dipetik di akhirat nanti.


Orang-orang ini, ketika melihat ketidakadilan di dunia tidak segera putus asa. Sekalipun para koruptor bebas berkeliaran, sedang orang-orang shalih justru dipenjarakan, mereka tetap memandang dunia dengan pandangan positif. Mereka tetap berjuang menegakkan keadilan, sekalipun keadilan yang hakiki baru dirasakan kelak di akhirat. Di depan Mahkamah Ilahi tidak ada barang bukti yang hilang atau sengaja dihilangkan. Mulut di kunci, dan semua anggota tubuh bersaksi.


Ciri orang yang cerdas sebenarnya telah tampak jelas dalam derap langkahnya, ketika mereka membuat rencana, saat mengeksekusi rencananya, dan pada waktu melakukan evaluasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, saat sendirian atau dalam interaksi sosialnya nampak wajahnya yang senantiasa bercahaya, memancarkan energi positif, menjadi magnit-power, penuh motivasi, menjadi sumber inspirasi, dan berpikir serta bertindak positif.


Orang yang cerdas emosi dan spiritual enak diajak bergaul, karena mereka telah terbebas dari su’uzhan (buruk sangka), hasad (iri atau dengki), dan takabbur (menyombongkan diri). Orang-orang inilah yang memiliki potensi untuk meraih sukses di dunia, sekalagus sukses menikmati kehidupan surgawi di akhirat nanti.


Semoga Allah SWT mengaruniakan kepada kita gabungan tiga kecerdasan sekaigus, yaitu kecerdasan intektual, kecerdasaan spiritual, dan kecerdasan emosional, sekalgus. Selamat berjuang.






 SUARA HIDAYATULLAH