Senin, 21 November 2011

10 HAK YANG HARUS DITUNAIKAN SEORANG HAMBA BAIK KEPADA ALLAH, ISLAM, DAN SESAMA MANUSIA.

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Al-An’am:152) dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Al-An’am:153)

6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.

Tidak diperbolehkan menggunakan harta anak yatim karena dikhawatirkan hal ini dapat menghilangkan harta mereka. Pengertian anak yatim dalam syariat adalah anak yang sudah ditinggal oleh ayahnya dan belum mencapai usia baligh. Terkecuali jika digunakan untuk usaha yang pasti mendatangkan keuntungan baik di dunia atau di akhirat.
Imam Malik menjelaskan makna ‘hingga sampai ia dewasa’ adalah sampai anak tersebut telah mencapai usia baligh, telah hilang kebodohan yang ada, mempunyai akal yang sehat, punya kekuatan baik secara akal atau jasmani untuk memanfaatkan hartanya.

7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.

Apabila dalam jual beli pihak penjual menyembunyikan dan mereka berdusta maka akan dihilangkan berkah dari jual beli mereka. Dan Allah tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya. Oleh karena itu jika dia telah berusaha untuk berbuat jujur, menyempurnakan takaran dan timbangan, maka dia tidak mendapatkan dosa.

8. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)

Harus berbuat adil kepada siapapun termasuk orang yang masih memiliki hubungan saudara. Dan jangan sampai rasa benci terhadap orang lain menyebabkan kita berbuat tidak adil terhadap mereka. Dan kita diperintahkan untuk berbuat adil karena hal tersebut lebih dekat kepada ketakwaan.
Pengertian adil di dalam syariat adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, bukan berdasarkan asas kesamaan. Misalkan dalam pembagian harta warisan seorang laki-laki mendapatkan dua bagian perempuan. Juga dalam kisah seseorang yang tidak menyetujui tindakan Rasulullah memberikan harta rampasan perang lebih banyak kepada sebagian sahabat yang lain dengan tujuan untuk menguatkan mereka yang baru masuk Islam, orang tersebut memerintahkan Rasulullah untuk berbuat adil. Dia menganggap bahwa keadilan itu berarti mendapatkan hak sama rata. Kalau Rasulullah tidak bisa berbuat adil, maka siapa yang dapat berbuat adil ? Dicontohkan oleh Rasulullah dalam hadits beliau berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.

9. Memenuhi janji Allah

10. Mengikuti jalan Rasulullah

Mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan tidak keluar dari jalan yang lurus ini. Hal ini dikarenakan apabila kita mengikuti jalan hidup selain dari Rasulullah maka hal ini akan mengakibatkan perpecahan. Perpecahan terjadi karena orang-orang tidak mengikuti kebenaran, apabila setiap orang berjalan di atas kebenaran maka tidak akan terjadi perpecahan.

10 HAK YANG HARUS DITUNAIKAN SEORANG HAMBA BAIK KEPADA ALLAH, ISLAM, DAN SESAMA MANUSIA.


Syarat sempurnanya Tauhid

Firman Allah “Dan hendaklah kalian hanya beribadah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa tauhid tidak akan sempurna kecuali dengan dua syarat, yaitu :
  • Meniadakan segala sesuatu sesembahan bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah
  • Menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak untuk disembah
Allah berwasiat kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaih wasalam dan umat Islam di dalam ayat yang berisi 10 hak yang harus ditunaikan seorang hamba baik kepada Allah, Islam, atau sesama manusia.
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang telah diharamkan atas kamu oleh Rabb-mu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” Al Qur’an Surat Al An’am : 151

Sepuluh Hak yang Harus Ditunaikan Seorang Hamba

1. Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun

Jangan seperti orang musyrikin yang apabila disebutkan nama Allah maka mereka ketakutan dalam bentuk pengingkaran, akan tetapi jika disebutkan nama dari selain Allah (yang mereka sembah) maka mereka bergembira.

2. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa maksud berbuat baik kepada kedua orang tua yaitu dengan berbuat taat, memelihara, menjaga dan melaksanakan perintah keduanya (selama dalam ketaatan kepada Allah), memerdekakan mereka (apabila budak), dan tidak menghinakan mereka.

3. Tidak membunuh anak-anak dikarenakan takut miskin

Seperti halnya orang musyrikin jahiliyah yang membunuh anak-anak perempuan karena merasa hina apabila memiliki anak perempuan, atau karena takut tidak bisa memelihara anak. Padahal disebutkan dalam hadits bahwa seseorang tidak akan mati sebelum sempurna rizki dan ajalnya. Sehingga setiap orang sudah ditetapkan rizkinya oleh Allah, jadi tidak boleh takut tidak bisa memelihara anak yang banyak.
Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah dosa apa yang paling besar di sisi Allah ?, “Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Allah-lah yang telah menciptakanmu”. Kemudian dosa apa lagi selanjutnya ?, “Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu”. (Shahih Bukhari Muslim)
Anak adalah rezeki yang merupakan karunia dari Allah.

4. Dan janganlah kalian mendekati kekejian baik yang dhahir atau yang tersembunyi.

Allah menutup pintu menuju perbuatan keji. Dalam ilmu ushul syariat disebutkan bahwa segala sesuatu yang dapat mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram maka hal tersebut juga dilarang. Oleh karena itu Allah memerintahkan kaum mu’minin untuk menundukkan pandangan terhadap lawan jenis karena hal ini dapat mengantarkan kepada zina. Oleh karena itu merupakan kesalahan orang yang mengaku menjadi ulama atau kyai tetapi memfatwakan bahwa boleh melihat gambar wanita telanjang yang ada di majalah, koran, dll karena yang dilarang adalah melihat wanitanya secara langsung.
Pengertian kekejian yang nyata adalah suatu kekejian yang benar-benar nyata dan diketahui oleh orang lain, sedangkan kekejian yang tersembunyi tidak diketahui orang lain.

5. Dan jangan membunuh jiwa yang telah Allah haramkan tanpa melalui jalan yang benar

Jiwa seorang muslim telah diharamkan (dilarang) oleh Allah untuk dibunuh. Dalam hadits disebutkan bahwa sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan seorang muslim telah diharamkan (dilarang untuk dilanggar) sebagaimana kehormatan hari Dzulhijjah, bulan Dzulhijjah, dan negeri Makah. Juga dilarang membunuh jiwa orang kafir dzimmi, muahad, musta’man (terdapat pembahasannya di kajian yang lain)
Dan terdapat jiwa yang diperbolehkan untuk dibunuh, seperti :
  • Orang muslim sudah menikah yang berbuat zina
  • Orang yang membunuh orang lain (di-qishash)
  • Orang yang keluar dari Islam
  • Orang yang keluar dari jama’ah (silahkan merujuk ke kajian yang lain untuk lebih jelasnya)
  • Homoseks

Minggu, 20 November 2011

KUNCI KUNCI REZEKI SEORANG HAMBA.

Kunci-Kunci Diluaskannya Rezeki Seorang Hamba

oleh Al Ustadz Dzulqarnain

Khutbah Jumat Kunci-Kunci Rezeki
“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Huud : 6)

Sesungguhnya seorang jiwa tidak akan meninggal sampai Allah menyempurnakan semua rizkinya, maka hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan memperbaik cara mencari rizky tersebut.
Al Hadits
Dalam mejalani kehidupan, seorang hamba seharusnya meyakini bahwa rizkinya telah ditetapkan oleh Allah. Apabila rizkinya habis, maka dia tidak mungkin hidup di dunia.

Golongan manusia dalam menyikapi mencari rezeki

  • Berlebih-lebihan
Menganggap bahwa rizkynya datang dari kepandaian dirinya sendiri, tidak pernah berharap kepada Allah. Bahkan menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Dalam hadits diatas disebutkan untuk bertakwa kepada Allah dan memperindah cara mencarinya sesuai tuntunan yang halal dalam syariat dalam mencari nafkah.
  • Menyepelekan
Menganggap bahwa rizkinya akan datang dengan sendirinya tanpa perlu dicari. Walaupun rizky sudah ditetapkan oleh Allah, akan tetapi Nabi tetap memerintahkan kita untuk memperbagus cara mencari riski.

Manfaat mengetahui sebab-sebab diluaskannya riski seorang hamba :

  • Lurus dalam mencarinya
  • Seimbang dalam mencari
  • Dibukakan pintu rahmat
  • Menambah tawakal
  • Memperkuat ibadah
  • Memperindah cara mencari rezeki

Sebab-sebab dilapangkannya rizki seorang hamba

1. Banyak memohon ampun

Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: “Mohonlah ampunlah kepada Rabb kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (melimpah ruah membawa kebaikan), dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (yang penuh dengan kebaikan dan manfaat).” (Nuh 10 – 12)
Dan (Nabi Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb-mu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras (yang membawa kebaikan) atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu (yang sudah kalian miliki), dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Huud : 52)
Imam Al-Hasan Al-Bashri pernah mendapat pengaduan bahwa manusia ditimpa kelaparan dan beliau memberikan solusi untuk memohon ampun kepada Allah. Begitu juga permasalah lain yang menimpa manusia seperti kemiskinan dan kurangnya keturunan. Saat beliau ditanya kenapa melakukannya, maka beliau membawakan ayat di atas.

2. Menjaga diri di atas ketakwaan

Pengertian takwa adalah mengerjakan segala perintah Allah sesuai dengan yang diperintahkan dengan mengharap pahala, serta menjauhi larangan Allah yang telah ditentukan karena takut akan adzab-Nya. Karena dengan ketakwaan inilah seseorang akan dijamin riskinya oleh Allah.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath Thalaaq : 2-3)
Sebagian ulama mengatakan bahwa dengan ketakwaan seseorang tidak akan menjadi faqir. Karena Allah akan memberinya kecukupan baik dari sisi dhahir ataupun kecukupan yang lebih besar dari sisi bathin tatkala seseorang bertakwa dengan sebenar-benar ketakwaan. Inilah hakikat dari makna kecukupan, yaitu seseorang akan merasa tenang dengan yang sedikit dan merasa lebih dengan apa yang dianggap kurang oleh manusia.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tapi kekayaan adalah yang ada di hati” (HR. Bukhari Muslim)

3. Bertawakal kepada Allah

Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah bersabda, “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, sungguh kalian akan Kami beri rizki sebagaimana burung diberi rizky. Di pagi hari keluar dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad)
Rukun agar tawakal terwujud secara nyata
  1. Menyerahkan urusannya kepada Allah
  2. Menjalani sebab-sebab untuk mencapai tujuan tersebut
  3. Meyakini apabila kenikmatan tersebut datang semuanya adalah semata dari Allah
Contoh: Seseorang yang sakit menyerahkan urusan sakitnya kepada Allah, akan tetapi dia tetap berobat, berusaha menyembuhkan penyakitnya. Akan tetapi setelah sembuh dia harus mengatakan bahwa kesembuhannya merupakan karunia dari Allah.
Rasulullah memberikan contoh tawakal dengan burung karena burung tersebut tidak memiliki simpanan makanan. Akan tetapi walaupun dengan kondisi yang demikian, dia di pagi hari keluar mencari riski dalam keadaan perut kosong dan di sore harinya sudah kenyang. Dan burung tersebut tidak hanya berdiam diri di sarangnya, akan tetapi keluar mencari rizky.

4. Mensibukkan diri dengan ibadah

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengabarkan bahwa Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai Hamba-hambaku, hendaknya kalian memenuhi waktu (konsentrasi) dengan ibadah, kalau kalian melakukannya Aku akan memenuhi dada kalian dengan kekayaan, dan Aku akan menutupi kefakiran kalian. Kalau kalian tidak melakukannya, Aku akan memenuhi dada kalian dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiran kalian.”
Maka hendaknya seorang hamba menyibukkan dirinya dengan ibadah dan tetap berusaha mencari rizkinya. Karena dengan berkonsentrasi terhadap ibadah inilah yang akan mempermudah seseorang dalam mencari rizqy.

5. Mensyukuri nikmat-Nya

Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim : 7)
Rukun untuk mewujudkan kenikmatan
  • Memuji Allah dengan lisannya
  • Mengakui dalam hati bahwa semua nikmat tersebut datang dari-Nya. Apapun kenikmatan yang datang kepada kalian maka itu datangnya dari Allah (An-Nisaa : 79)
  • Menggunakan kenikmatan tersebut dalam ketaatan

6. Istiqomah di atas agama

Allah berfirman, “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Al-Jin : 16)

7. Menyambung ibadah haji dan umrah

Rasulullah bersabda, “Terus-meneruslah kalian menyambung antara pelaksanaan haji dan umrah, sebab kedua ibadah ini menggugurkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana api menggugurkan karat di besi”.

8. Menyambung silaturahmi

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang senang Allah luaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari Muslim)

9. Berinfaq dengan pemberian dari Allah

Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai anak adam berinfaklah, maka akun akan berinfaq kepadamu”
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada satu haripun yang berlalu kecuali ada dua malaikat yang turun, satu malaikat berkata, Ya Allah, berilah kepada orang yang berinfak di hari ini ganti untuknya. Dan malaikat yang lainnya berkata, Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang yang tidak berinfak di hari ini.” (HR. Bukhari Muslim)
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya shodaqoh itu tidak pernah mengurangi harta.” (HR. Bukhari Muslim)
Allah berfirman, “Apapun yang kalian infaqkan dari sesuatu, maka Dialah yang akan menggantinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rizky.” (Saba’ : 39)

10. Berinfaq kepada penuntut ilmu

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa datang seorang lelaki kepada Rasulullah mengadukan saudaranya yang belajar kepada Rasulullah dan tidak bekerja, maka dijawab oleh Nabi, “Barangkali kamu mendapat rizky dikarenakan saudaramu.” (HR. Imam Ahmad)
Keberadaan penuntut ilmu ditekankan dalam syariat, karena dengan mereka umat Islam akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak.

11. Berbuat baik kepada orang-orang yang lemah

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah kalian itu mendapatkan rizky dan mendapatkan pertolongan kecuali kalau kalian berbuat baik terhadap orang-orang yang lemah diantara kalian.” (HR. Imam Bukhari)

12. Menjaga shalat lima waktu

Diantara cara menjaga shalat lima waktu :
  • Melakukannya di awal waktu yang utama
  • Apabila laki-laki maka shalat di masjid
  • Apabila seorang kepala keluarga maka memerintahkan anggota keluarganya untuk mengerjakan shalat
Allah berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepada kalian. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaahaa : 132)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa apabila seseorang memerintahkan keluarganya untuk mengerjakan shalat dan bersabar terhadapnya, maka dia akan dikaruniakan rizky dari arah yang tidak pernah dia sangka.

MAKNA INSYA ALLAH



Hasan Basri Tanjung MA

Dalam buku Asbabun Nuzul yang disusun oleh KH Q Shaleh dkk (1995) menukil riwayat mengenai asbabun nuzul (sebab turun) surah al-Kahfi ayat 23-24. "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut); 'Insya Allah'." (QS al-Kahfi [16]:23-24).

Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad.

Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."

Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".

Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah". (QS al-Kahfi [18]:23-24).

Dalam kesempatan ini, Jibril juga menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian, yakni Ashabul Kahfi (18:9-26); seorang pengembara, yakni Dzulqarnain (18:83-101); dan perkara roh (17:85).

Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.

Sungguh agung makna kata "insya Allah" itu. Di dalamnya dikandung makna paling tidak empat hal. Pertama, manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah (tauhid). Kedua, menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai (politik, kekayaan, keilmuan, dan status sosial.) Ketiga, menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT. Keempat, bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.

Bagaimana jika kata "insya Allah" dijadikan tameng untuk memerdaya manusia atau dalih untuk melepaskan diri dari tanggung jawab? Sesungguhnya kita telah melakukan dua dosa. Pertama, menipu karena menggunakan zat-Nya. Kedua, kita telah menipu diri kita sendiri karena sesungguhnya kita enggan menepatinya, kecuali sekadar menjaga hubungan baik semata dengan rekan, kawan, atau relasi. Wallahu a'lam.

UMAT TERBAIK, UMAT YANG KEKAL



Oleh M Fuad Nasar MSc

Dalam satu riwayat disebutkan, seorang Yahudi datang kepada Khalifah Umar bin Khattab dan berkata, "Ada satu ayat yang telah diturunkan Allah kepada umat Muslim, andai kata ayat itu diturunkan kepada kami (Yahudi), pasti kami akan merayakannya pada hari diturunkannya."

Umar menanggapi, "Ayat manakah yang Anda maksud?" Yahudi itu menjawab, "Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah meridai Islam sebagai agamamu." (QS al-Maidah [5]: 3). Umar berkata, "Demi Allah, sungguh saya mengetahui dengan pasti hari diturunkannya ayat tersebut. Diturunkan kepada Rasulullah SAW pada hari Jumat, hari Arafah, yang menjadi hari raya bagi seluruh kaum Muslimin di dunia tiap-tiap tahunnya."

"Berpegang teguh kepada hukum Islam adalah suatu keharusan. Lebih dari itu Allah menjamin kesempurnaan hukum-hukum yang diberikan kepada umat Islam serta menjadikannya sebagai cahaya dan petunjuk. Maka, barang siapa yang menentangnya, pasti akan sesat dan buta hatinya untuk selamanya," tulis Sayyid Sabiq dalam Anashirul Quwwah Fil Islam.

Islam adalah risalah yang terakhir dan mengajarkan kebenaran dan tata nilai yang bersifat universal dan abadi, yang harus diyakini dan diamalkan setiap Muslim. Kebenaran Islam ini harus disebarkan dengan dakwah, bukan dengan jalan pemaksaan dan pengerahan kekuatan fisik. Islam tidak disebarkan dengan kekuatan pedang dan senjata, melainkan dengan kekuatan lidah dan keindahan amal perbuatan para juru dakwah.

Islam mengajarkan, keseimbangan dan keselarasan antara kemajuan material dan spiritual. Ketakwaan kepada Allah dan amaliah umat, merupakan esensi hidup beragama. Sekiranya ajaran Islam itu dijalankan dengan baik oleh umatnya, maka takkan ada orang miskin yang telantar, tidak ada orang sakit yang tidak bisa berobat, dan tidak akan ada perpecahan, kebodohan, dan kejahatan kemanusiaan di kalangan umat Islam. Kata Syekh Muhammad Abduh, "Islam tertutup oleh umat Islamnya sendiri."

Dewasa ini kita menyaksikan posisi umat Islam yang lemah dalam percaturan politik global. Umat Islam sering kali dimanfaatkan dan dipermainkan oleh situasi yang dibikin oleh orang lain. Pada sebagian negara Muslim, tak jarang ditemukan campur tangan asing akibat ketidakmampuan umat Islam dalam mengelola rumah tangganya sendiri. Meski berada dalam tatanan masyarakat dunia yang multikultural, namun kita bisa menciptakan situasi yang kondusif untuk perkembangan dan hari depan agama ini. Bukankah umat Islam adalah umat terbaik (khaira ummah) yang dilahirkan untuk umat manusia?

Umat Islam sebagai pemangku risalah Nabi Muhammad SAW adalah umat yang kekal sampai akhir zaman. Sebab, risalah Muhammad adalah risalah yang kekal. Salah satu doa Rasulullah yang dikabulkan oleh ALLAH, ialah umat Islam tidak akan punah dari muka bumi seperti yang dialami umat-umat terdahulu, seberapa pun kelemahan umatnya.

Namun demikian, kejayaan umat Islam dari masa ke masa bergantung pada ikhtiar dan upaya yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Pertolongan Allah akan datang jika umat Islam menjemputnya dengan ikhtiar yang tidak mengenal lelah. Wallahu a'lam.

Menjadi Pemenang


Oleh Dr A Ilyas Ismail

Pada era baru sekarang, kehidupan dirasakan semakin keras dan kompetitif hampir di segala bidang kehidupan. Kenyataan ini mengharuskan kita untuk mempertinggi kapasitas dan kapabilitas agar bisa eksis, survive, dan dalam persaingan yang sangat ketat itu kita harus jadi pemenang (be winner), bukan pecundang (loser).

Mental sebagai pemenang ini, menurut Sayyid Qutub, harus menjadi watak dan karakter kaum Muslim. Iman yang kuat, perjuangan yang tak kenal lelah (jihad), tahan uji, dan kesabaran yang membaja (shabrun wa tsabat), disertai penyerahan diri secara total kepada Allah semata (tawakkulun wa tawajjuhun ila Allahi wahdah), merupakan jalan kemenangan yang diajarkan Islam. (Ma`alim fi al-Thariq, 1978).

Dalam Alquran, kaum Muslim diingatkan agar memiliki kesiapan mental sebagai pemenang, memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi, dan tak boleh memelihara sikap keluh kesah (blaming) apalagi sindrom rendah diri. “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal, kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]: 139).

Untuk menjadi pemenang, selain memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan tinggi (skillful), kita perlu membekali diri dengan empat kekuatan lain. Pertama, visi atau cita-cita yang tinggi (himmah aliyah). Perlu disadari bahwa manusia hanya sebesar visinya, tak lebih dari itu. Visi adalah kekuatan, karena menurut para ulama visi bisa merobohkan hambatan sebesar gunung sekali pun (himmat al-rijal tahdim al-jibal).

Kedua, keyakinan yang kuat (strong believe) bahwa apa yang dicita-citakan akan menjadi kenyataan. Keyakinan juga penting, karena orang yang tidak yakin ia tak bisa melangkah lebih jauh. Keyakinan (conviction) berbeda dengan preferensi (kegemaran). Preferensi bisa ditawar-tawar (negotiable), sedangkan keyakinan tidak. Bagi para pejuang Islam, keyakinan di sini termasuk keyakinan akan janji kemenangan dan pertolongan dari Allah. “Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7).

Ketiga, keberanian (syaja`ah) dalam mencapai cita-cita (kemenangan). Keberanian, kata al-Ghazali, termasuk salah satu keutamaan (fadilah) yang menjadi pangkal kebaikan dan kemenangan. Tak ada keberhasilan tanpa keberanian, baik dalam soal agama maupun dunia. Keberhasilan hanya milik orang-orang yang berani. Yaitu, keberanian dalam mengambil keputusan serta membela dan mempertahankan apa yang diyakini sebagai kebenaran apa pun risikonya. (QS al-Maidah [5]: 54).

Keempat, mental dan karakter pemenang. Salah satu karakter pemenang adalah menjadi pelaku atau pemain player (fa`il) bukan penonton apalagi hanya objek tontonan (maf`ul). Sebab, hanya pemainlah yang berpeluang besar menjadi pemenang. Maka, perintah Alquran agar kita bersaing (QS al-Baqarah [2]: 148), bersikap profesional, ihsan dan itqan (QS an-Naml [27]: 88), hidup dan mati sebagai yang terbaik, dan the best (QS al-Mulk [67]: 2), semuanya merupakan pembelajaran agar kita memiliki mental dan karakter sebagai pemenang. Wallahu a`lam.
Oleh Dr A Ilyas Ismail

Pada era baru sekarang, kehidupan dirasakan semakin keras dan kompetitif hampir di segala bidang kehidupan. Kenyataan ini mengharuskan kita untuk mempertinggi kapasitas dan kapabilitas agar bisa eksis, survive, dan dalam persaingan yang sangat ketat itu kita harus jadi pemenang (be winner), bukan pecundang (loser).

Mental sebagai pemenang ini, menurut Sayyid Qutub, harus menjadi watak dan karakter kaum Muslim. Iman yang kuat, perjuangan yang tak kenal lelah (jihad), tahan uji, dan kesabaran yang membaja (shabrun wa tsabat), disertai penyerahan diri secara total kepada Allah semata (tawakkulun wa tawajjuhun ila Allahi wahdah), merupakan jalan kemenangan yang diajarkan Islam. (Ma`alim fi al-Thariq, 1978).

Dalam Alquran, kaum Muslim diingatkan agar memiliki kesiapan mental sebagai pemenang, memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi, dan tak boleh memelihara sikap keluh kesah (blaming) apalagi sindrom rendah diri. “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal, kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]: 139).

Untuk menjadi pemenang, selain memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan tinggi (skillful), kita perlu membekali diri dengan empat kekuatan lain. Pertama, visi atau cita-cita yang tinggi (himmah aliyah). Perlu disadari bahwa manusia hanya sebesar visinya, tak lebih dari itu. Visi adalah kekuatan, karena menurut para ulama visi bisa merobohkan hambatan sebesar gunung sekali pun (himmat al-rijal tahdim al-jibal).

Kedua, keyakinan yang kuat (strong believe) bahwa apa yang dicita-citakan akan menjadi kenyataan. Keyakinan juga penting, karena orang yang tidak yakin ia tak bisa melangkah lebih jauh. Keyakinan (conviction) berbeda dengan preferensi (kegemaran). Preferensi bisa ditawar-tawar (negotiable), sedangkan keyakinan tidak. Bagi para pejuang Islam, keyakinan di sini termasuk keyakinan akan janji kemenangan dan pertolongan dari Allah. “Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7).

Ketiga, keberanian (syaja`ah) dalam mencapai cita-cita (kemenangan). Keberanian, kata al-Ghazali, termasuk salah satu keutamaan (fadilah) yang menjadi pangkal kebaikan dan kemenangan. Tak ada keberhasilan tanpa keberanian, baik dalam soal agama maupun dunia. Keberhasilan hanya milik orang-orang yang berani. Yaitu, keberanian dalam mengambil keputusan serta membela dan mempertahankan apa yang diyakini sebagai kebenaran apa pun risikonya. (QS al-Maidah [5]: 54).

Keempat, mental dan karakter pemenang. Salah satu karakter pemenang adalah menjadi pelaku atau pemain player (fa`il) bukan penonton apalagi hanya objek tontonan (maf`ul). Sebab, hanya pemainlah yang berpeluang besar menjadi pemenang. Maka, perintah Alquran agar kita bersaing (QS al-Baqarah [2]: 148), bersikap profesional, ihsan dan itqan (QS an-Naml [27]: 88), hidup dan mati sebagai yang terbaik, dan the best (QS al-Mulk [67]: 2), semuanya merupakan pembelajaran agar kita memiliki mental dan karakter sebagai pemenang. Wallahu a`lam.

Minggu, 13 November 2011

MENGENAL METODE DAKWAH FARDIYAH

Seorang da’i atau aktivis Islam dituntut kaya akan metode atau teknis dalam dakwah menyampaikan risalah Islam. Diantara metode dakwah yang efektif adalah dakwah fardiyah. Berikut ini metodologinya.
Tahapan Pertama
Melaksanakan silaturrahim dan perkenalan dengan obyek dakwah. Kita harus menunjukkan padanya sebagai orang yang mengenalnya, dan menaruh perhatian padanya. Kita mengunjungi rumahnya dan berusaha agar mad’u tertarik kepada kita, baik melalui tatakrama atau penampilan kita. Mad’u dalam hal ini jangan disuguhi pembicaraan tentang da’wah, tapi berbicaralah tentang keadaan keluarga atau pembicaraan lain yang dibutuhkan mad’u.

Tahapan Kedua
Setelah tahapan dilalui dan mad’u menunjukkan rasa senang dan tertarik kepada kita, maka kita bisa berbicara masalah keagamaan. Jadi tahapan ini membangun kembali keimanan. Tapi metodenya tidak dengan cara memberikan kajian keislaman tetapi kita memancing mad’u untuk berfikir religius dengan cara berbicara masalah umum tapi senantiasa kita kaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah.
Tahapan Ketiga
Pada tahapan ini, kita sudah bisa ikut campur membantu menyelesaikan persoalan keagamaan mad’u, atau kita perkenalkan masalah keagamaan kepadanya. seperti kewajiban ibadah kepada Allah dalam setiap keadaan. Pada tahapan ini mad’u sudah kita bekali dengan buku-buku atau sewaktu-waktu kita ajak ke pengajian atau ceramah-ceramah umum. Pada tahapan ini mad’u jangan dibiarkan tanpa bimbingan kita dalam waktu yang lama.

Tahapan Keempat

Memberikan pengertian total dalam Islam. kita jelaskan bahwa ibadah dalam Islam itu meliputi seluruh aspek hidup manusia, tidak hanya terbatas ibadah semacam shalat, zakat, puasa, haji saja. kita pahamkan bahwa gerbang ibadah itu adalah niat, apapun pekerjaan kita bisa bernilai ibadah apabila diniatkan untuk Allah dan sesuai dengan syariat.
Tahapan Kelima
Pada tahapan ini kita menjelaskan tentang perlunya berjamaah atau hidup bersama didalam Islam. Kita jelaskan bahwa Muslim satu dengan yang lain itu bersaudara dan ibarat satu tubuh. manusia itu tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mad’u juga harus dipahamkan, bahwa setelah mad’u tahu tentang Islam, maka dia wajib menyampaikannya kepada orang lain. hal ini agar mad’u punya rasa tanggung jawab bersama tentang kemaslahatan umat Islam dan meninggikan kalimatullah di muka bumi. Kemudian kita jelaskan kondisi dan problema ummat islam saat ini. ummat Islam menjadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam. hal ini karena tidak adanya khilafah islamiyah yang menyatukan ummat islam.
Tahapan Keenam
Pada tahapan ini seorang da’i harus menjelaskan bahwa kewajiban membela Islam tidak bisa dilaksanakan secara fardiyah atau sekelompok kecil saja. oleh karena itu mad’u kita pahamkan tentang kewajiban iltizam (komitmen) kepada jama’ah guna merealisasikan citi-cita tegaknya kholifah fil ardhi.
Tahapan Ketujuh
Tahapan ini adalah tahapan yang sensitif dan penting. ia memerlukan hikmah dan kebijaksanaan yang tinggi. kita jelaskan ke mad’u bahwa persoalan jamaah adalah persoalan hidup dan mati. artinya kalau kita salah memilih jama’ah maka kita akan rugi dunia dan akhirat. maka kita harus menjelaskan kriteria jama’ah yang benar, yaitu jama’ah yang berjalan di atas jalan yang pernah ditempuh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. wallahu a’lam
sumber:Agenda dakwah oleh Abu I’dad

KIAT CERDAS MENGHADAPI CALON NASABAH ASURANSI

1. Saya tidak punya uang untuk beli asuransi
Jika anda tidak mampu membayar semua tagihan saat anda sehat dan dapat bekerja, bagaimana mungkin anda dapat membayarnya saat anda sakit? Asuransi adalah rekening AJAIB yang akan mengurus pembayaran semua tagihan dan kebutuhan keluarga jika anda menderita sakti kritis, cacat tetap, atau meninggal dunia.Hidup akan lebih tenang apabila kita telah melakukan SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN, sehingga ketika terjadi sesuatu kita tidak merepotkan apalagi menjadi beban orang lain.
 2. Saya masih punya cicilan kridit rumah/kendaraan
Ketika anda memiliki kridit rumah/kendaraan, anda harus terus menerus membayar sejumlah besar uang selama 10-15 th ke depan. Anda memang dapat membayarnya ketika anda masih hidup atau sehat. Tapi apakah keluarga anda bisa membayarnya ketika anda meninggal dunia atau mengalami cacat total? Marilah pastikan keluarga anda akan tetap tinggal di rumah yang indah, rumah yang telah anda berikan bagi mereka untuk selamanya.
3. Saya tidak butuh asuransi
Apakah menurut anda seorang yang menjadi cacat tetap karena suatu kejadian membutuhkan asuransi? Apakah orang yang terkena serangan jantung dan harus mengeluarkan uang 150 juta untuk biaya operasi membutuhkannya? Apakah orang yang meninggal membutuhkannya?
Ya ! mereka membutuhkannya tetapi tidak dapat membelinya pada saat itu. Asuransi harus dibeli pada saat anda tidak membutuhkannya. Karena anda hanya bisa membeli pada saat anda sehat. Jika anda tidak lolos kesehatan, maka anda tidak akan dapat membeli asuransi walaupun anda memiliki uang.
4. Saya diskusikan dulu dengan istri saya
Asuransi adalah hadiah yang terbaik yang anda berikan untuk istri anda. Anda tidak perlu mendiskusikan dengannya. Anda dapat langsung membelinya. Setelah anda menerima polis barulah anda katakan pada istri : “ kekasihku, sepanjang masa hidupku aku akan menjaga dan mencukupi segala kebutuhan keluarga, makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan anak. Tapi jika suatu hari nanti saya meninggal maka polis ini akan mencukupi kebutuhan keluarga kita. Sebesar inilah cintaku padamu dan pada keluarga” itulah bukti cin ta anda. Istri anda akan semakin mencintai anda.
5. Saya akan membandingkan dengan asuransi lain
Ini adalah gagasan yang baik. Tapi tahukah anda berapa puluh perusahan asuransi?
Jika terjadi sesuatu selama masa anda membanding-bandingkan semua
perusahaan? Bukankah sebaiknya anda sudah dilindungi terlebih dulu?
6. Biarlah Allah yang menyediakan semua
Ya..anda benar.Allah telah memelihara dan menyediakan segala kebutuhan manusia.
Tapi apakah anda hanya tinggal diam di kamar sepajang hari? Tentu tidak kan?
Anda perlu bekerja dan merencanakan keuangan anda.
7. Anda terlalu memaksa saya tidak mau membeli
Ketika anak saya sakit saya akan memaksanya minum obat walaupun dia tidak suka.
Demi kebaikan dia karena saya tahu setelah minum obat insyaAllah akan sembuh.
Saya melakukan hal yang sama kepada anda demi kebaikan masa depan anda dan
keluarga anda. Saya percaya bahwa semua orang butuh asuransi.
8. Teman saya juga agen asuransi,
Jika anda memiliki teman yang baik seharusnya anda sudah punya polis. Yang
namanya teman sejati adalah yang bisa bantu anda pada saat dalam kesusahan.
Kalau anda masuk rumah sakit. Biasanya teman anda akan membawakan
buah-buahan sedangkan saya membawa uang.
9. Saya punya uang banyak. Keluarga saya mampu kok. Gak perlu khawatirjika saya meninggal.
Apakah anda bisa menjamin 100 % bahwa harta anda dan keluarga anda akan aman dari kehancuran, kehilangan, kebangkrutan usaha? Tidak ada yang berani mengatakan pasti. Jika anda punya tabungan, sampai kapan keluarga anda bisa bertahan memanfaatkannya? Kalau keluarga anda mampu, apakah ketika anda
meninggal mereka akan menanggung kebutuhan keluarga anda selamanya?
10. ASURANSI bertentangan dan haram menurut agama.
YA ! Maka anda harus memilih Asuransi SYARIAH. Bukan yang lain. yang benar-benar hanya
memiliki produk SYARIAH. 
Apakah Allah akan menghukum anda karena telah menyediakan makanan untuk
keluarga anda jika anda meninggal atau cacat tetap? Bahkan dosa hukumnya jika anda tidak menyediakan kebutuhan keluarga anda.
bagaimana setelah anda mengetahui manfaat asuransi dan jawaban atas penolaka mereka? masih ada keragua-raguan untuk tidak bergabung?
mudah-mudahan Allah memberi jalan kepada kita untuk memutuskan keputusan yang lebih baik dan bijak.
Anda ingin bergabung ?
hubungi agen Takaful. ERNA SULISTIYOWATI.
                                   ; EMAIL
                                           nanalistya@yahoo.com
            

BELAJAR BAHASA ARAB...........YUUKK !

Daftar Isi

Jumat, 11 November 2011

KIAT CERDAS MENJADI AGEN SUKSES DUNIA AKHIRAT

1. Niat ikhlas
tanpa didasari niat yang ikhlas maka pekerjaan kita akan sia-sia. niat disini maksudnya bahwa menjadi seorang agen jangan hanya sebatas mengejar materi dunia tapi lebih dari itu, yaitu mengharap ridho Allah. dengan didasari niat ibadah maka pekerjaan
kita akan lebih semangat lagi.
2. Berkumpul dan sharing dengan orang-orang telah meraih kesuksesan.
bagaimana kita akan berhasil kalau kita bergaul dengan orang-orang gagal. apa yang kita dapatkan dari orang gagal? pesimis, menangis, meratap, menyesal, kapok, mengemis, takut gagal lagi, dll. tapi akan berbeda cerita jika kita bergaul dengan orang yang berhasil. lambat laun kita juga akan mendapatkan berkah. mulai dari ilmu bagaimana dia bisa sukses, kerja keras penuh kesabaran, kegigihan tanpa kenal lelah dan sikap optimis yang senantiasa mengobarkan semangat, juga ilmu-ilmu lain. yang akan menjadi motivasi untuk kita meraih kesuksesan.
3. Bermimpi besar
David J Achwatrz berkata : “bermimpilah besar maka anda akan mendapatkan hasil yang besar, bermimpilah kecil maka anda akan mendapatkan yang kecil”. keberhasilan berawal dari sebuah mimpi. dengan mimpi orang akan berusaha meraih impian tersebut. bagaimana kita akan mendapatkan sesuatu, la wong mimpi aja tidak.
kemudian agar mimpi kita selalu kita lihat, cobalah mengvisualisasikan mimpi anda. maksudnya tulis mimpi anda dan tempelkan di tempat yang setiap hari dapat anda lihat. lebih bagus lagi jika ada gambarnya.
contoh : anda ingin punya rumah, tempellah gambar rumah, begitu juga mobil, uang, haji, naik pesawat, membangun yayasan sosial, mimpi menjadi orang yang banyak mafaatnya bagi sesama dll. bermimpilah karena mimpi bisa menjadi penyemangat  untuk dapat meraih apa yang kita harapkan.
4. Membaca buku tentang kesuksesan.
membaca buku akan menambah wawasan dan ilmu pengetahun disamping membaca biografi orang yang sukses. berkaitan dengan agen, anda bisa membaca buku ” pintar assuransi” karya Inggrit Tane yang membahas bagaimana menghadapi calon nasabah dan kiat jitu meyakinkan calon nasabah.
5. berdo’a
jangan remehkan yang satu ini sebab do’a adalah senjata bagi seorang mu’min. dan tidak ada yang mengabulkan permohonan kita selain Allah. jadi tanpa kehendak Allah apapun usaha kita maka tidak akan berhasil. Berikhtiar sekuat kemampuan dan iringi dengan KESYUKURAN dalam setiap keadaan dengan cara semakin menyempurnakan ibadah kita.
semoga anda menjadi seorang yang sukses lagi sholeh / sholehah.
wallahu a’lam.

MOTIVASI SUKSES
 Kebanyakan orang menyerah ketika mereka nyaris meraih sukses, mereka berhenti 1 meter sebelum mencapai garis finish,
Mereka menyerah di detik-detik terakhir permainan, 1 langkah dari goal Kemenangan.
Kegigihan merupakan ciri paling utama orang-orang yang berprestasi tinggi, pantang menyerah, tak peduli
sesulit apapun, semakin lama dapat bertahan semakin besar pula kemungkinan untuk meraih sukses.
Jalan sudah di depan mata anak tangga sudah dilalui 1 demi 1,
Mengapa harus berhenti???
padahal tinggal beberapa langkah lagi meraih KESUKSESAN.
Ayo !!! Pompa semangat, jangan menyerah, sebentar lagi akan mencapai finish KEMENANGAN.
Kesuksesan dan Kemenangan hanya akan diraih oleh orang-orang yang memiliki semangat untuk terus
bertahan dalam KEGIGIHAN dan KESABARAN.
YAKINLAH !
Dibalik kesulitan pasti akan ada kemudahan, bagi orang-orang yang GIGIH dalam berjuang.
Allah bersama-sama orang yang SABAR ketika rela bertahan dalam ketaatan.

Dan bersyukurlah disaat datang KEBERHASILAN.
Menebar manfaat dalam kebaikan.

SALAM SUKSES DUNIA AKHIRAT.

Ciri-Ciri Orang Berjiwa Besar

Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin
Allah SWT berfirman dalam QS Fussilat (41): Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan di antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar (berjiwa besar) dan tidak dian u gerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.

Ayat ini secara tegas memberikan pedoman dan petunjuk tentang kebaikan dan keburukan serta sikap dan tata cara menghadapinya.
Pertama, kebaikan, seperti keadilan, kesejahteraan, keindahan, dan kemanfaatan tak akan pernah sama dengan keburukan, seperti kezaliman, kesenjangan, dan kemudharatan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senang memproduksi dan melahirkan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, maupun masyarakat dan bangsanya.
Ketika ia menjadi pejabat, misalnya, ia akan menjadi pejabat yang adil yang selalu berusaha menegakkan keadilan dan kejujuran serta berorientasi pada kepentingan masyarakat dan bangsanya. Ia berusaha keras menghindarkan diri dari perbuatan zalim, khianat, dan korup yang merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Ketika ia berusaha memiliki harta, ia akan berusaha mendapatkannya dengan cara yang halal dan bersih yang jauh dari penipuan, penggelapan, dan pengkhianatan. Ketika ia bermuamalah dengan sesamanya, ia berusaha dengan muamalah hasanah yang mencerminkan nilai-nilai keislam an yang menjadi pandangan hi dupnya. Ia akan berusaha menjenguk tetangganya yang sakit, memberi pertolongan pada orang yang mem butuhkan, memperhatikan kehidupan orang-orang fakir miskin, anak-anak yatim, serta kaum dhuafa lainnya.
Kedua, ketika menghadapi ketidakbaikan/ keburukan yang diterimanya dari orang lain, seperti sikap-sikap sinis, apriori, dan selalu disalahkan, orang yang beriman tidak serta-merta membalasnya dengan sikap serupa. Kadang kala ia pun membalasnya dengan kebaikan. Ketika orang lain memutus kan tali persaudaraan, ia berusaha menyambungkannya kembali.
Ketika orang lain enggan berkunjung kepadanya, ia berusaha mengunjunginya. Ketika orang lain berlaku kikir kepadanya, ia berusaha untuk bermurah hati kepadanya. Sikap yang semacam inilah yang dianjurkan oleh ayat tersebut sehingga menyebabkan perubahan keadaan, yang asalnya membenci menjadi mencintai dan yang asalnya menjadi lawan dan musuh bisa menjadi sahabat setia yang senasib dan sepenanggungan.
Tetapi, ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa sikap-sikap yang semacam ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah SWT, memiliki jiwa besar, kesabaran, dan keuletan yang tinggi.
Sejatinya, ibadah-ibadah dalam Islam seperti puasa pada bulan Ramadhan, salah satu tujuan utamanya menjadikan kaum Muslimin orang-orang yang bersabar dan berjiwa besar. Semoga kita semua termasuk ke dalam kelompok orang yang dipuji Allah SWT pada ayat tersebut.
sumber : republika 12 Sep 2011

ASURANSI, IBARAT SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN.

MEMAHAMI MAKNA ASURANSI, IBARAT SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN.
1. Kita bukan mengasuransikan diri. yang tepat adalah mengasuransikan aset ekonomi kita. Artinya jika Allah memanggil, maka nafkah yang biasa diberikan kepada keluarga tidak hilang (masih ada) dengan adanya uang pertanggungan.
2. Menurutku Allah akan lebih memberkahi kita manakali kita punya peduli kepada keluarga baik ketika hidup maupun sepeninggal kita. Sesuai dengan firman-Nya QS Al-Baqarah ; 240.
3. Contoh : ketika kita bepergian dengan kendaraan mobil, bukankah kita membawa BAN serep, alat dongkrak, dll. apakah dengan membawa alat-alat tersebut berarti kita mengharapkan ban kempes? tidak bukan? ban serep itu gunanya untuk jaga-jaga seandainya ban kempes. sehingga perjalanan bisa dilanjutkan.
4. Hindari sikap “pasrah”, sebaiknya tidak pasrah tapi tawakkal. tawakkal berarti kita serahkan segala sesuatu kepada Allah setelah kita berusaha. Ada seorang sahabat yang tidak menambatkan ontanya dengan tali. ketika ditanya dia menjawab,” saya tawakkal “. Nabipun memerintahkannya untuk menambatkan ontanya dengan tali, baru tawakkal.
5. bukankah Allah telah berfirman : “Dan hendaklah takut orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya…( QS. An Nisa’ : 9).
6. Coba kita renungkan tentang manfaat asuransi sesering mungkin. dan pada waktu malam ketika keluarga kita telah tertidur, bayangkan apa yang akan terjadi jika keluarga kita hidup tanpa Ayah atau sang pencari nafkah. tegakah kita jika istri dan anak banting tulang mencari nafkah. ( maaf bukannya ini mendo’akan mati, tapi ingat ! mengharap atau tidak, berdoa atau tidak, jika kematian sudah datang, tidak ada yang bisa menolak.

SAHABAT, JADILAH KITA ORANG- ORANG YANG BERTAQWA KEPADA ALLAH & RASUL-NYA DAN SENANTIASA MEMPERHATIKAN APA YANG TELAH KITA PERBUAT
UNTUK HARI ESOK......APLIKASI DARI ; QS AL-HSYR ; 18.

BERASURANSI ?  MENGAPA TIDAK ? ASAL ASURANSINYA ASURANSI SYARIAH  YAITU
TAKAFUL YANG TERPERCAYA DAN PELOPOR ASURANSI SYARIAH PERTAMA DI INDONESIA.

MARI BERGABUNG DI KOMUNITAS TOLONG MENOLONG DAN CINTA SYARIAH.

INGIN BERGABUNG ?
SEGERA HUB ;  ERNA SULISTIYOWATI
                            EMAIL ; nanalistya@yahoo.com

Kamis, 10 November 2011

Dalil Pentingnya Berasuransi dalam Islam

Dalam Alqur’an dan Hadits Nabi memang tidak terdapat satu katapun yang mengharuskan umat untuk berasuransi,karena asuransi adalah kegiatan mua’malah yang datang kemudian setelah Zaman Nabi Muhammad Saw.

Namun ada beberapa perintah dari Alqur’an dan hadits yang dalam teknik pelaksanaannya sangat dimungkinkan agar umat khususnya umat Islam mengambil Langkah agar berasuransi. perintah perintah tersebut sangat berkaitan kepada kemaslahatan umat manusia itu sendiri agar senantiasa ;

* Menjaga dirinya
* Menjaga Keluarganya dan saudara sesama Muslim
* Menjaga Hartanya
* Mempersiapkah hari depannya
* Memelihara Agamanya

Sebagaimana firman firman Allah Swt dan Hadits Nabi Muhammad Saw Berikut

1. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr : 18)

2. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(Annisa : 9)

3. “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah
kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (Yusuf : 46 – 49)

4. Dari Sa’d bin Abi Waqas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “… Sesungguhnya engkau jika meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan kaya (berkecukupan) adalah lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam kondisi miskin meminta-minta pada manusia. Dan sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah kepada keluargamu dengan tujuan mengharap keridhaan Allah SWT, melainkan akan Allah berikan pahala atasnya, bahkan suapan yang engkau suapkan ke mulut istrimu…” (HR. Bukhari)

5. Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membantu menghilangkan kesulitan dunia seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslim, maka Allah akan memudahkan urusannya pada hari kiamat. (HR. Muslim)

6. Dari Nu’man bin Basyir ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta, kasih sayang dan kelemah lembutan diantara mereka adalah seumpama satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya juga turut merasakannya, (seperti) ketika tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)

7. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.Al-Maidah : 2

8. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?,Itulah orang yang menghardik anak yatim,dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin .Al Maa’uun (1-3)

Ayat Alqur’an dan Hadits di atas mengisyaratkan Pentingnya perencanaan untuk hari esok sesuai nomor 1 dan 3 diatas,Pentingnya merencanakan kesejahteraan untuk keluarga sesuai dengan nomor 2 dan 4 diatas, saling tolong menolong antar umat dalam meminimalisikan resiko sesuai dengan nomor 5-8 diatas. Dan kesemuanya bisa diwujudkan dalam suatu program perencanaan keuangan yang dinamakan Asuransi syariah.

Asuransi syariah adalah konsep kegiatan perencanaan keuangan Yang memanajemen resiko kehilangan nilai guna dari diri,harta,akal dan kemaslahatan umat yang berbasis tolong menolong antar pesertanya bukan antar peserta dengan perusahaan Asuransi,serta bebas dari unsur unsur gharar,Maisir,Riba dan yang diharamkan oleh Allah swt,dibuat secara melembaga dan sistematis.seorang peserta Asuransi Syariah berarti dia menolong orang lain dan sekaligus menolong dirinya sendiri.

Jadi tunggu apalagi bergabunglah dengan Asuransi syariah ,jadilah bagian dari komunitas umat yang saling tolong menolong antar yang satu dengan yang lainnya.

sumber : http://www.facebook.com

Prinsip Perencanaan Keuangan Dalam Islam

Kehidupan seorang Muslim tidak bisa dilepaskan dari prinsip prinsip yang ditetapkan oleh Allah Swt.Termasuk didalamnya kegiatan bermuamalat,salah satunya perencanaan Keuangan Melalui berasuransi.Mengingat Pentingnya Asuransi sebagai salah satu Elemen Perekonomian terutama dalam Keluarga dalam hal menghadapi suatu Musibah yang tak terduga,serta masih minimnya pengetahuan banyak Umat Muslim di Indonesia tentang Asuransi,maka saya akan menuliskan beberapa hal tentang prinsip berasuransi dalam Islam.Tulisan ini diambil dari ustadz Rikza Maulan Lc., M.Ag,dengan beberapa editing yang Insya Allah tidak mengurangi maksud yang sama.

1. Prinsip Tauhid


Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah. Setiap muslim, dalam menjalankan kegiatan kehidupannya selalu berpedoman kepada Allah Swt sehingga setiap pijakan dan dasarnya adalah wujud dari penghambaan kepada Sang Khalik.

Allah SWT berfirman (QS. Ad-Dzariyat/51:56)
Dan (tidaklah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Dengan Berprinsip kepada Ketauhidan Allah Swt, seorang muslim dalam menjalankan aktivitas ekonominya merupakan suatu bentuk ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip kedua adalah keadilan. Keadilan harus terpenuhi antara pihak-pihak yang terkait dengan akad asuransi, khususnya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah.

Nasabah harus menyadari kewajibannya untuk selalu membayar premi (kontribusi) dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi syariah dan memiliki hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi Musibah yang mengakibatkan kerugian. Sementara Perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai lembaga pengelola dana berkewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada nasabah.

Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang telah disepakati sejak awal.

Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/5:8)


3. Tolong Menolong

Prinsip ketiga dalam asuransi syariah adalah harus didasari dengan semangat tolong menolong (ta'awun) antara sesama nasabah. Seorang peserta sejak awal sudah harus “dikondisikan" mempunyai niat daan motivasi untuk saling membantu dan meringankan beban peserta lainnya yang mendapatkan musibah.

Allah SWT berfirman :
Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah : 2)

4. Kerjasama

Prinsip Keempat adalah kerjasama. Kerjasama dalam asuransi syariah dapat berwujud dalam bentuk akad (kontrak) yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah. Demikian juga antara nasabah dengan nasabah lainnya, atau antara ketiganya secara bersamaan.

Kerjasama yang baik antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah, atau antara sesama nasabah akan menciptakan suasana yang baik dalam menolong antar sesama peserta, tidak terkecuali kepada pihak lain yang membutuhkan “bantuan", seperti kaum dhu'afa melalui micro insurance, dsb.

5. Amanah

Prinsip Kelima dalam asuransi syariah adalah amanah. Baik perusahaan asuransi syriah maupun nasabah dituntut untuk selalu amanah. Seperti perusahaan harus benar-benar menjelaskan produknya secara detail dan gamblang, sehingga tidak terjadi kekecewaan nasabah di kemudian hari. Demikian juga sebaliknya nasabah juga perlu amanah dalam memberikan informasi terkait tentang diri atau kerugian yang dialaminya.

Rasulullah SAW bersabda :
Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, kelak dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. (HR. Turmudzi)

6. Kerelaan (Ridha)

Prinsip keenam asuransi syariah adalah kerelaan. Kerelaan inilah yang pada akhirnya membuahkan konsep ta'awun (saling tolong menolong) antara sesama nasabah. Dimana nasabah saling mengikhlaskan sebagian dananya untuk didermakan kepada nasabah lainnya yang tertimpa musibah.

7.Larangan Riba

Prinsip ketujuh dalam asuransi syariah adalah menghindari riba. riba merupakan bentuk transaksi yang sangat bathil, dan memiliki dosa paling besar. Asuransi syariah harus terhidar dari unsur riba, dalam sistem operasionalnya. Baik operasional internal dalam pengelolaan dana, maupun eksternal, seperti investasi, dsb.
Secara bahasa, Riba adalah tambahan. Sedangkan dari segi istilah, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.

Rasulullah SAW bersabda
Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, pemberi riba, penulisnya, saksinya. Dan beliau bersabda, mereka semua adalah sama." (HR. Muslim)

8 Larangan Maisir

Prinsip ke delapan adalah menghindari adanya unsur maisir (judi) dalam operasionalnya. Unsur judi diantara bentuknya adalah seperti adanya salah satu pihak yang untung tetapi ada pula pihak lain yang rugi.Diantara bentuk perjudian dalam asuransi adalah nasabah berkewajiban membayar premi, sedangkan perusahaan berkewajiban membayar klaim (bila terjadi kerugian). Jika tidak terjadi musibah, maka seolah premi hilang dan secara otomatis akan menjadi milik perusahaan asuransi. sedangkan jika terjadi musibah, perusahaan berkewajiban membayar klaim yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan premi yang dibayar nasabah.

Meskipun tidak murni seperti judi, namun transaksi semacam ini dalam kacamata fiqh Islam sudah masuk dalam kategori maisir, atau paling tidak mengandung unsur maisir ( perjudian )

9. Larangan Gharar (Ketidakpastian)

Prinsip kesembilan adalah menghindarkan diri dari gharar (ketidakpastian). Secara umum gharar adalah sesuatu yang mungkin ada atau mungkin tidak ada, atau sesuatu yang tidak diketahui hasilnya.

Dalam asuansi gharar dapat terjadi pada ketidak jelasan ada atau tidaknya “klaim/ pertanggungan” atau manfaat yang akan diperoleh nasabah dari perusahaan asuransi. Karena keberadaan klaim/ pertanggungan tersebut terkait dengan ada tidaknya resiko. Jika resiko terjadi, klaim didapatkan, dan jika resiko tidak terjadi maka klaim tidak akan didapatkan. Hal ini seperti pada jual beli hewan dalam kandungan sebelum induknya mengandung. Meskipun si induk memiliki kemungkinan mengandung.

Demikian juga dari ketidak jelasan "seberapa lama" pembayaran premi. Bisa jadi satu tahun, dua tahun, atau tujuh belas tahun.

10.Larangan Risywah ( Suap )

Selain harus menghindari maghrib (masir, gharar dan riba) asuransi syariah juga wajib menjauhkan aspek risywah dalam operasionalnya, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Risywah dapat terjadi diantaranya seperti dalam klaim, baik antara nasabah dengan "oknum" asuransi syariah, atau juga dengan pihak ketiga rumah sakit, bengkel, dsb.

Risywah juga dapat terjadi dalam "mencari" objek pemasaran, seperti ke perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah dsb. Dan hal ini harus dihindarkan dalam segala opersional asuransi syariah. Kendatipun sangat berat untuk dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim bisnis yang cukup buruk. Namun dengan keyakinan dan niatan yang baik, Insya Allah akan bisa dilaksanakan.

Dengan Prinsip Inilah maka tidak ada alasan bagi Umat Islam khususnya di Indonesia untuk tidak menggunakan Asuransi syariah,khusunya melalui asuransi Takaful Indonesia,pertama dan murni syariah yang telah mengelola keuangan untuk asuransi selama lebih dari 17 tahun sejak tahun 1994.Kalau tidak hijrah ( pindah ) sekarang,kapan lagi??


Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis

1) Barometer Kataqwaan Seseorang:

Allah SWT berfirman (QS. 2 : 188)

وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِاْلإِثْمِ وأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang bathil. Dan janganlah pula kalian membawa urusan harta itu kepada hakim, agar kamu dapat memakan sebagian dari harta manusia dengan cara yang dosa sedangkan kalian mengetahui."

Ayat ini berada persis setelah ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan (QS. 2 : 183, 184, 185, 186 & 187), di mana output dari Ramadhan itu adalah TAQWA.. Sehingga ayat ini menunjukkan bahwa salah satu ciri mendasar orang yang taqwa adalah senantiasa bermuamalah dengan Muamalah Islami.


2) Mendatangkan Keberkahan

Allah SWT berfirman (QS. 7 : 92)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَْرْضِِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal atau tidak baik, meskipun berjumlah banyak namun tidak mendatangkan manfaat bahkan senantiasa menimbulkan kegelisahan dan selalu merasa kurang.


3) Mendapatkan Derajat Seperti Para Nabi, Shiddiqin & Syuhada

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأمَِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada". (HR. Turmudzi)

Islam memberikan penghargaan yang besar terhadap pebisnis yang shaleh, karena baik secara makro maupun mikro pebisnis yang shaleh akan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian suatu negara, yang secara langsung atau tidak akan membawa kemaslahatan bagi umat Islam.


4) Berbisnis Merupakan Sarana Ibadah Kepada Allah SWT

Banyak ayat yang menggambarkan bahwa aktivitas bisnis merupakan sarana ibadah, bahkan perintah dari Allah SWT. Diantaranya adalah (QS.9 : 105) :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".


Bagaimana Akhlaq Bisnis Islami ?
1. Niat Ikhlas Mengharap Ridha Allah SWT ( النية الخالصة لله تعالى )
2. Profesional ( الإتقان )
3. Jujur & Amanah ( الصدق والأمانة )
4. Mengedepankan Etika Sebagai Seorang Muslim ( التخلق بالأخلاق السليمة )
5. Tidak Melanggar Prinsip Syariah ( مطبقا بالشريعة الإسلامية )
6. Ukhuwah Islamiyah ( الأخوة الإسلامية )


1. Niat Ikhlas Mengharap Ridha Allah SWT ( النية الخالصة لله تعالى )

Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّمَا اْلأعَْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
(رواه البخاري)

"Bahwasanya segala amal perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang (akan mendapatkan) dari apa yang telah diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya mengharapkan dunia, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya." (HR Bukhari)

2. Profesional ( الإتقان في العمل)

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
(رواه الطبراني)

"Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila dia beramal, dia menyempurnakan amalnya." (HR. Thabrani)


3. Jujur & Amanah ( الصدق والأمانة )

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأمَِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada." (HR. Turmudzi)


4. Mengedepankan Etika Seorang Muslim ( الرابع : التخلق بالأخلاق السليم )

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)

"Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istri-istrinya." (HR. Turmudzi)


5. Tidak Melanggar Prinsip Syariah ( الخامس : مطبقا بالشريعة الإسلامية)

Allah SWT berfirman (QS. 47 : 33)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلاَ تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu."

6. Ukhuwah Islamiyah ( الأخوة الإسلامية )

Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ (رواه أبو داود)

"Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia yang mereka itu bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid, namun posisi mereka pada hari kiamat membuat nabi dan syuhada' menjadi iri. Sahabat bertanya, 'beritahukan kepada kami, siapa mereka itu?. Rasulullah menjawab, 'mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah meskipun diantara mereka tidak ada hubungan kekerabatan dan tidak pula ada motivasi duniawi. Demi Allah wajah mereka bercahaya dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak takut tatkala manusia takut, dan mereka tidak bersedih hati." (HR. Abu Daud)


والله تعالى أعلم وأعلم بالصواب
والحمد لله رب العالمين


Rikza Maulan Lc MA
Sekretaris Dewan Pengawas Syariah

sumber : http://www.takaful.com

Sebab-Sebab Turunnya Rizki


Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.
Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.
Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:
- Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta"ala berfirman, artinya,
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya." (At Thalaq 2-3)
Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."
Allah swt juga berfirman, artinya,
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. 7:96)
- Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, "Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan."
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah."
Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
- Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya,
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
"Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
- Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
"Dari Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim." (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
"Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur." (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.
- Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya,
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak."
Juga firman Allah yang lain,artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, "Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu." (HR Muslim)
- Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas"ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
"Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
- Berbuat Baik kepada Orang Lemah
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
"Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian." (HR. al-Bukhari)
Dhu"afa" (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.
- Serius di dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Allah Subhannahu wa Ta"ala berfirman, artinya,
"Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu."
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu" hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.
Al-Sofwah( Sumber: Kutaib "Al Asbab al Jalibah lir Rizqi", al-qism al-ilmi Darul Wathan. )