Minggu, 01 Maret 2015

Timbangan Tiga Kali

Suatu hari, Socrates, seorang filosof yang dikenal bijaksana di masa Yunani, didatangi seorang laki-laki yang langsung berkata, "Tahukah Anda apa  yang baru saja saya dengar mengenai teman Anda?"

"Tunggu dulu," potong Socrates. "Sebelum memberitahukannya, aku ingin menanyakan tiga hal. Sebutlah itu timbangan tiga kali."

"Maksud Anda?" tanya lelaki itu tak mengerti.

Socrates menjelaskan, "Sebelum Anda mengatakannya, saya ingin bertanya, apakah yang Anda katakan adalah sesuatu yang pasti benar?"

"Belum," jawab laki-laki itu, "Saya baru saja mendengarnya, dan ingin memberitahukannya kepada Anda,"

"Baiklah," kata Socrates, "Jadi Anda sungguh belum tahu apakah hal itu benar atau tidak?"

"Sekarang, saya bertanya, apakah yang akan Anda katakan mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?"

"Tidak, sebaliknya, Ini mengenai hal yang buruk," jawab laki-laki itu

"Jadi," lanjut Socrates, "Anda ingin mengatakan sesuatu yang buruk mengenai teman saya, padahal Anda tidak yakin kalau itu benar. Lalu apakah akan berguna untuk saya apa yang Anda ingin beritahukan itu?"

"Tidak, sungguh tidak," jawab laki-laki tersebut.

"Kalau begitu," tukas Socrates, "Jika apa yang Anda ingin beritahukan kepada saya tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, mengapa menceritakannya kepada saya?"

Ucapan seringkali laksana anak panah, yang begitu lepas dari busurnya tak lagi bisa dikendalikan. Dan seringkali itu menyakiti orang yang mendengarnya, maka sebelum mengucapkannya, maka cobalah timbang dengan tiga timbangan Socrates.

Pengendalian lisan bagi setiap muslim merupakan kemuliaan, kenapa demikian? karena betapa banyak keributan bahkan peperangan terjadi, karena kurangnya kendali lisan tersebut. Rasulullah SAW mengatakan kepada Muadz bin Jabal ra. bahwa banyak orang masuk neraka akibat ulah lisannya.

"Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan atau lisan mereka." (H.R. Tirmidzi)

Maka dari itu, betapa penting kita menjaga lisan. Agar hidup dan kehidupan menjadi lebih bermakna, hendaknya kita ingat selalu pesan Rasulullah SAW.

Dari Abdullah bin 'Amr, Nabi bersabda : "Seorang muslim itu adalah apabila ada orang muslim lainnya berada di dekatnya merasa aman dari lidah dan tangannya, sedangkan orang yang berhijrah, dia adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kalau mengejar kesenangan sesaat lantas menderita, pintarkah kita? 
Ketika tahu ada yang kekal abadi tapi lebih mementingkan yang sementara, cerdaskah kita?
Kalau lebih mengutamakan ambisi pribadi dengan menghalalkan segala cara dan mengorbankan/menyakiti orang lain, arifkah kita?
Kalau kita termasuk yang demikian, apakah kita sudah benar-benar Islam?
Bukankah orang Islam itu yang baik dunianya untuk membangun kehidupan akhiratnya, orang Islam itu adalah yang taat kepada Allah dan paling banyak manfaatnya. Sudah Islamkah kita?

Salam Sukses Dunia-Akhirat