Sabtu, 24 Desember 2011

KEUTAMAAN TAUHID

Tauhid adalah tujuan diciptakannya alam semesta. Tauhid adalah ajaran keselamatan yang dibawa oleh para nabi. Tak seorang nabi pun melainkan menyeru umatnya kepada tauhid.
Tauhid merupakan kewajiban pertama yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan kepada umat manusia, dan sebaliknya larangan pertama yang Allah larang kepada mereka adalah syirik. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Hai manusia beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan sebab itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah : 21-22)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan: “Ketika ayat ini turun, hal itu cukup memberatkan kaum muslimin. Mereka mengatakan, ‘Adakah di antara kita yang tidak berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri?’ Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda, ‘Bukan demikian yang dimaksud, tetapi maksudnya adalah syirik. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada putranya, “Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kezhaliman yang besar.” (Muttafaq ‘alaih).
Ayat ini memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bertauhid yang tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kemusyrikan, bahkan mereka justru menjauhinya, maka mereka mendapatkan rasa aman yang sempurna dari adzab Allah di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk di dunia.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
Iman itu ada lebih dari 60 cabang: yang tertinggi ialah pernyataan laa ilaaha illallaah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan.” (HR. Muslim).
Disebutkan dalam buku Dalilul Muslim fil I`tiqad wat Tathhir karya Fadhilatusy Syaikh Abdullah al-Khayyath sebagai berikut di bawah judul: Tauhid Menyebabkan Kebahagiaan dan Menghapuskan dosa-dosa:
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, seseorang terkadang kakinya tergelincir dan jatuh dalam kemaksiatan. Jika ia termasuk ahli tauhid yang murni dari segala noda syirik, maka tauhidnya dan keikhlasannya dalam menyatakan la ilaha illallah akan menjadi faktor terbesar untuk kebahagiaannya, menghapuskan dosa-dosanya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam:
Barangsiapa bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagiNya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya; serta bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya, kalimatNya yang sampaikan kepada Maryam dan ruh dariNya, surga itu hak, dan neraka itu hak, maka Allah memasukkannya ke dalam surga atas amal yang telah dilakukannya.
Yakni sejumlah persaksian ini, yang dipersaksikan oleh setiap muslim lewat prinsip-prinsip ini, menyebabkan dirinya masuk ke dalam surga, negeri kenikmatan, meskipun pada sebagian amalnya terdapat kesalahan dan kelalaian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Wahai anak Adam, sekiranya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa hampir sepenuh bumi, kemudian kamu berjumpa kepadaKu dengan tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya aku mem­berikan ampunan kepadamu hampir sepenuh bumi pula.” (Hasan, riwayat at-Tirmidzi dan adh-Dhiya’).
Artinya, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa dan kemaksiatan hampir sepenuh bumi, asal kamu mati dalam keadaan bertauhid, niscaya Aku mengampuni dosa-dosamu.
Disebutkan dalam hadits:
Barangsiapa yang berjumpa Allah dengan tanpa mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun, niscaya ia masuk surga. Dan barangsiapa yang berjumpa Allah dengan mempersekutukannya pada sesuatu pun, niscaya ia masuk neraka.” (HR. Muslim).
Semua hadits ini memperjelas keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid adalah faktor terbesar kebahagiaan seorang hamba, serta sarana terbesar untuk menghapuskan dosa-dosanya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Tauhid merupakan tugas dan tanggung jawab setiap individu muslim selama hayat di kandung badan. Dia mengawali hidupnya dengan tauhid, dan meninggalkan alam dunia ini juga harus dengan tauhid. Demikian pula kewajibannya seumur hidup adalah menegakkan nilai-nilai tauhid, mendakwahkannya. Dan hanya tauhidlah yang bisa menyatukan kaum muslimin.
Tauhid akan membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Allah. Karena segala sesuatu selain Allah tidak menciptakan ataupun menguasai kemanfaatan dan kemudharatan. Sehingga ia tidak layak untuk diibadahi. Maka dengan tauhid seorang manusia akan hanya tunduk beribadah kepada Rabb yang menciptakan dirinya.
Tauhid akan membentuk kepribadian yang unggul dan diperhitungkan. Karena dengan tauhid maka seorang manusia hanya memiliki satu sesembahan yang menjadi tujuan ibadah dan ketundukannya, baik ketika bersendirian ataupun bersama keramaian. Dia akan senantiasa berdoa kepada Allah di waktu lapang ataupun di waktu sempit. Berbeda dengan kondisi hati kaum musyrikin yang tercerai-berai demi mengabdi kepada sesembahan-sesembahan mereka. Hati mereka berserakan sebagaimana sesembahan mereka beraneka ragam. Seorang mukmin akan bisa merasakan ketenangan dan keteguhan karena hanya mengabdi kepada satu sesembahan yang benar. Adapun orang-orang musyrik, mereka harus menyeret hatinya kesana kemari menuruti kemauan sesembahan mereka yang beraneka ragam.
Tauhid merupakan sumber keamanan bagi umat manusia. Karena orang yang bertauhid hanya akan merasa takut kepada siksaan Allah, sehingga dia tidak akan merasa takut kepada selain Allah. Dia tidak dicekam oleh rasa takut gara-gara masalah rezeki, keselamatan jiwa, ataupun sanak familinya. Adapun seorang muwahhid hanya menyimpan rasa takut kepada Allah. Sehingga dialah orang yang bisa merasa aman ketika orang lain dicekam oleh ketakutan.
Tauhid merupakan sumber kekuatan diri. Karena dengan tauhid akan melahirkan kekuatan pada diri manusia yang muncul karena rasa harapnya kepada Allah, tawakal kepada-Nya, ridha dengan takdir-Nya dan sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya, serta tidak bergantung kepada makhluk-Nya. Maka seorang muwahhid memiliki hati yang kokoh laksana gunung. Kalau musibah menimpa dirinya maka dia meminta kepada Allah untuk menyingkapkan darinya. Sehingga tidaklah ia meminta kepada orang-orang yang sudah mati.
Tauhid merupakan asas persaudaraan yang hakiki dan persamaan. Karena ajaran tauhid tidak mengizinkan bagi siapapun untuk mengangkat sebagian makhluk untuk menjadi sesembahan tandingan selain-Nya. Maka uluhiyah adalah hak Allah semata dan sudah menjadi kewajiban bagi seluruh manusia untuk tunduk beribadah hanya kepada-Nya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan dan panutan bagi segenap umat manusia dalam menjalankan kewajiban yang agung ini.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar