Minggu, 19 Februari 2012

BISNIS MENGUNTUNGKAN PANDANGAN ISLAM

Diantara kita biasanya mempunyai usaha sampingan selain pekerjaan tetap di kantor. Atau mungkin usaha sampingan itu merupakan sumber nafkah utama, sedangkan pekerjaan kantor hanya untuk rutinitas dan pendapatan tetap per bulan. Apapun sumber nafkah Anda, Islam telah menggariskan agar kita senantiasa mendapatkannya di jalan halal dengan bekerja.
Usaha, bisnis, perniagaan atau apapun namanya tidak akan lepas dari untung dan rugi. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan kita peroleh dari hasil usaha kita.
Firman Allah dalam surat Luqman ayat 31 yang artinya:
“…dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa-apa yang diusahakannya besok…” (QS Luqman [31]: 34).
Dengan demikian, untung atau rugi akan senantiasa menjadi sesuatu yang harus diperhitungkan oleh setiap usahawan atau kalangan pebisnis. Ayat tersebut juga merupakan salah satu ayat yang menjelaskan pentingnya manajemen risiko dalam kacamata Ekonomi Islam.
Namun sebenarnya, kalangan pebisnis tidak perlu kawatir tentang untung rugi ini karena Allah sendiri bersedia menunjukkan jalan agar usaha kita senantiasa dilimpahi keuntungan dan keberkahan. Dalam sebuah ayat, Allah berfirman: “Maukah engkau Aku tunjukkan jalan ke arah perniagaan yang menguntungkan?”
Menguntungkan alias tidak merugi. Kemana kita mencari petunjuk Allah tersebut? Jawabannya sederhana. Perhatikan istilah “tidak merugi”. Istilah tersebut dapat kita temukan dalam sebuah surat pendek yaitu Al Ashr. Allah berfirman dalam surat tersebut:
  1. Demi Masa
  2. Sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam kerugian.
  3. Kecuali mereka yang Beriman, Beramal Sholeh, Saling mengingatkan dalam kebenaran dan Saling mengingatkan dalam kesabaran.
Dalam tafsir menurut pandangan ekonomi islam, berdasarkan surat tersebut, ada 4 kriteria agar usaha kita tidak merugi alias menguntungkan:
1. Beriman, ini kaitannya dengan Hablumminallah. Bisnis, akan senantiasa dikaruniai keuntungan dan keberkahan selama pelakunya tetap beriman kepada Allah. Keuntungan tersebut bukan semata-mata diukur dari nominalnya uang, tapi juga keberkahan dari rejeki tersebut.
2. Beramal sholeh, berkaitan dengan hablumminannas. Berbuat baik selama menjalankan usaha, tidak berat menolong mereka yang dalam kesulitan, katakanlah masalah permodalan, perizinan, relasi. Insya Allah, amal tersebut akan dibalas dengan keuntungan yang berlipat ganda.
3. Saling mengingatkan dalam kebenaran, berkaitan juga dengan habluminannas. Dalam berbisnis, kejujuran merupakan salah satu aspek yang sangat berharga. Kejujuran dapat mempererat relasi dengan mitra bisnis kita, sehingga wajar apabila ia dikatakan sebagai mata uang yang berlaku dimana-mana. Sebagai usahawan yang islami, kita perlu untuk saling mengingatkan sesama kita, agar selalu menjalankan usaha dalam koridor islam, misalnya menghindari praktek penyuapan, penyelundupan, penipuan, mengurangi timbangan, korupsi dan sebagainya. Senantiasa di jalan kebenaran, jalan yang diridhoi Allah, maka Allah akan menambah rezeki dan nikmat-Nya kepada kita.
4. Saling mengingatkan tentang sabar, juga berkaitan dengan habluminannas. Menjalankan usaha tidak terlepas dari masa cerah dan masa suram. Saat masa suram, misalnya penjualan menurun, dagangan sepi, ataupun saat ditimpa musibah seperti ditipu mitra bisnis, maka tugas kita adalah untuk saling mengingatkan agar bersabar. Semua kendala, hambatan dan masalah itu bisa diambil hikmahnya. Insya Allah dengan mengingatkan dalam kesabaran ini, akan terbuka pintu rezeki lain, menemukan celah pasar yang baru misalnya dengan menggeser paradigma (paradigma shifting), ataupun merubah positioning, segmentation dan differentiation produk kita.
Demikian uraian singkat ini, yang mana dapat kita simpulkan bahwa dari 4 kriteria agar tidak merugi tersebut di atas, 3 di antaranya adalah menyangkut hubungan antar manusia (habluminannas). Kesimpulan itu sungguh sesuai dengan konsep ekonomi, di mana ekonomi adalah kerja kolektif, kerja sosial. Setiap individu tidak akan bisa maju dan berkembang tanpa adanya interaksi dengan individu lain. Seperti sarang lebah, setiap bidang heksagon harus berinteraksi dengan bidang heksagon lain sehingga tercipta sarang berisi madu yang kuat dan bermanfaat bagi umat.
Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 69:
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.”
Subhanallah, Allahu akbar. Semoga bermanfaat
Wallahu alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar