Perhatian istimewa terhadap pembentukan keluarga tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama,
Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini.
Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya
dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan masalah lain. Al-Qur’an
menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan
suami-istri, menyusui anak, dan sebagainya.
Kedua,
sejak dini As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah
dengan cara memilih calon mempelai yang shalihah. Rasulullah saw.
bersabda, “Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya
tabiat seseorang bisa menurun ke anak.”
Rasulullah Suami Teladan
Rasulullah
saw. sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan
berbudi mulia. Ketika beliau menginjak usia 25 tahun menikahi Khadijah
binti Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah
tangga bahagia penuh ketentraman dan ketenangan.
Rasulullah
saw. amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda,
“Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan
tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”
Menghormati
istri adalah kewajiban suami. Al-Qur’an berkali-kali memerintahkan agar
menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan
kata-kata dalam Al-Qur’an yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam
menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali,
ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan
dilarang menyakiti atau menyiksanya.
Pernah
datang seorang wanita mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa suaminya
telah memukulnya. Maka beliau berdiri seraya menolak perlakukan tersebut
dengan bersabda, “Salah seorang dari kamu memukuli istrinya seperti
memukul seorang budak, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah
dia tidak merasa malu?”
Ketika
Rasuluallah saw. mengizinkah memukul istri dengan pukulan yang tidak
membahayakan, dan setelah diberi nasihat serta ancaman secukupnya,
beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa mereka dipukuli suami.
Rasulullah saw. berpidato seraya berkata, “Demi Allah, telah banyak
wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya
yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka memukul istri
tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di antara kamu
sekalian.”
Rasulullah
saw. merupakan contoh indah dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau
sering bercanda dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat
beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada
hari lain beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan pentingnya sikap
lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak
hadits yang seirama dengan hadits berikut, “Orang mukmin yang paling
sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut pada
keluarganya.” Riwayat lain, “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang
paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku.”
Di
antara yang menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri
adalah menampakkan sikap lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik
hal-hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya, dan
memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar. Bila ada waktu
senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah
tanggannya.
Aisyah
pernah ditanya tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw. di
rumahnya, beliau menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah
tangga, dan bila datang waktu shalat, dia pergi shalat.”
Rasulullah
saw. memiliki kelapangan dada dan sikap toleran terhadap istrinya. Bila
istrinya salah atau marah, beliau memahami betul jiwa seorang wanita
yang sering emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah
tangga adalah tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi seorang
muslim adalah rumah tangga yang penuh cinta dan kebahagiaan. Kehidupan
rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa, kelapangan hati, dan kebahagiaan
agar tidak membosankan.
Bila
terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw. melakukannanya dengan
disertai kelembutan dan kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati
keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk
mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.
Khadijah Istri Teladan
Khadijah
binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia
diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak
pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia
pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya
keluar kota Mekkah.
Ketika
mendengar tentang kejujuran Muhammad saw., ia menyuruh pembantunya
mendatangi dan meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam
bersama budak lelaki bersama Maisyarah. Nabi Muhammad menerima
permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam perjalanan pertama
ini.
Setelah
mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan
meminta kawannya, Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad.
Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah pernikahan ketika beliau
berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Khadijah
sebagai Ummul Mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi
Nabi Muhammad saw. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya
ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita
pertama yang beriman ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah
adalah sebaik-baiknya wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam
melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun keluarganya.
Perikehidupannnya harum semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya
sarat dengan kehalusan.
Rasulullah
saw. pernha menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, “Khadijah beriman
kepadaku ketika orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang
mendustakanku. Dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang
tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya)
Khadijah
amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap
mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya, dan membesarkan
hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas
kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk mendukung Rasul dan
kaum muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan sebagai istri teladan
pendukung risalah dakwah Islam.
Khadijah
mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di
saat Rasulullah gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit.
Membantu Rasulullah dalam menyampaikan risalah dan ikut merasakan
penderitaan pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy.
Khadijah menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah
saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya
sehingga membuat Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang
luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat
malaikat Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah
wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu
sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah
rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya
dan tiada kepenatan.” (Bukhari)
Itulah
Khadijah, sosok seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi
wanita-wanita yang mendukung keshalehan dan tugas dakwah suaminya.
Ciri-ciri Rumah Tangga Muslim
- Sendi bangunannya adalah ketakwaan kepada Allah swt. Takwa adalah sendi yang kuat bangunan keluarga. Memilih suami/istri harus sesuai dengan arahan Rasulullah saw., yaitu utamakan sisi agamanya.
- Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan kesenangan materi saja, sebab kebahagiaan sejati muncul dari dalam jiwa yang takwa kepada Allah swt. Bila ketakwaan telah menjadi sendi utama, maka kekurangan materi menjadi ringan. Ketakwaan yang ada di dalam dada pasangan suami-istri memunculkan tsiqah (rasa saling percaya) dan akan melahirkan ketentraman serta ketentraman dalam hubungan suami-istri. Hubungan antara anggota keluarga akan terasa indah karena semua sadar akan tanggung jawab dan hak-haknya.
- Rumah yang dibangun untuk keluarga seharusnya sederhana dan mengutamakan skala prioritas dengan mengurangi hal-hal yang tertier dan berlebihan.
- Dalam makanan dan berpakaian, seorang muslim amat sederhana, menekankan aspek kebersihan, dan menghindari dari yang haram, sikap berlebihan (israf), dan bermewah-mewahan. Semua anggota keluarga dipacu untuk memperbanyak berinfak dan bersedekah. Hindari syubhat, jauhi yang haram, itu moto mereka.
- Anggaran rumah tangga dipenuhi dari rezeki yang halal dan baik. Sebab, daging yang terbentuk dari daging haram akan dibakar oleh api neraka. Secara teknis perlu ada kesepakatan antara suami-istri dalam menentukan besaran dan alokasi anggaran rumah tangga. Yang jelas, pengeluaran tidak boleh melebihi penghasilan. Cukupi diri dengan hal-hal yang dibutuhkan, bukan memperbanyak daftar keinginan.
- Perhatikan hak-hak Allah swt. Tunaikan zakat, menabung untuk pergi haji, sediakan kotak khusus untuk sedekah bagi kemaslahatan umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar