Ibnul Jauzy menulis bahwa kematian itu lebih pedih daripada sabetan
pedang. Orang yang disabet pedang tentu akan berteriak dan melolong
mengemis pertolongan dengan sisa-sisa tenaganya.
Tetapi orang yang
meninggal dunia tidak bisa berteriak lagi karena pedihnya rasa sakit
yang dialaminya. Penderitaannya mencapai puncak sehingga hati dan
seluruh anggota tubuhnya menjadi lemas. Ruhnya dicabut dari setiap nadi
dan setiap anggota tubuhnya secara perlahan-lahan. Pada awal mula dua
telapak kakinya terasa dingin, betis, paha lalu terus hingga ke
kerongkongan.
“…..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang
yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):”Keluarkanlah
nyawamu” ………..” (QS.Al-An’aam(6):93).
Pada saat itu pandangan matanya kepada dunia dan keluarga terputus
dan pintu taubat sudah ditutup baginya. Rasulullah bersabda: ”
Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi dia belum sekarat”. (HR
Tirmidzy).
Berikut kisah Nabi Idris as. Beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat
mengerjakan shalat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan
selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi
Idris as yang sedemikian banyak tersebut naik ke langit setiap malam.
Hal ini sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.
Maka bermohonlah ia kepada Allah SWT agar di perkenankan mengunjungi
Nabi Idris as di dunia. Allah SWT, mengabulkan permohonan tersebut. Maka
turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan
bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Allah”, sapa Malaikat Izrail.
“Wa’alaikum salam wa rahmatullah”, jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya
itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris as
memperlakukan Malaikat Izrail dengan penuh hormat. Dan ketika tiba saat
berbuka puasa, Nabi Idris as mengajaknya makan bersama, namun di tolak.
Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris as mengkhususkan
waktunya “menghadap” Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak
lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris
terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan
hanya berbicara yang
baik-baik saja.
Singkat cerita, keesokan harinya setelah melewati beberapa
perbincangan kecil, akhirnya Nabi Idris penasaran tentang tamu yang
belum dikenalnya itu.
” Siapakah engkau sebenarnya?”, tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”, jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris as terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak
berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?”, selidik Nabi Idris as serius.
“Tidak”, senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu”, jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”, tutur Nabi Idris as.
“Apa itu? Katakanlah !”, jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada
Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku
kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”, pinta Nabi Idris as.
“Tanpa seizin Allah, aku tak kuasa melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan
permintaan Nabi Idris as. Maka dengan izin Allah, Malaikat Izrail
segera mencabut nyawa Nabi Idris as. Sesudah itu beliaupun wafat. Tak
lama kemudian sesuai janji-Nya, Allah SWT segera menghidupkan kembali
Nabi Idris as.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?”, tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”, jawab Nabi Idris as.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”, jelas Malaikat
Izrail. Subhaanallah.
Bagaimana pula kita ini, yang jauh dari cara ibadah beliau? Hakikat
mati adalah terpisahnya antara jasad dan ruh. Dikatakan orang yang mati
akan melihat apa yang tidak dilihatnya selagi masih hidup sebagaimana
orang yang terbangun dari tidur yang melihat apa yang tidak bisa
dilihatnya saat tidur. Manusia layaknya sedang tidur dan jika mereka
mati barulah mereka sadar.
Al-Ghazali berkata : “Manusia itu dalam keadaan tidur dan bila ia telah mati terjagalah ia”.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat
rezki”.(QS.Ali Imraan(3):169).
Ketika seseorang mati, jasadnya akan dikuburkan sebagaimana
diperlihatkan kepada Qabil, putra Adam as, bagaimana burung gagak
menguburkan bangkai. Kemudian jasad itu sendiri akan hancur dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Sedangkan ruh tetap kekal. Ia dapat merasakan
siksa maupun nikmat, sebagaimana manusia hidup dapat merasakan berbagai
kesenangan dan kegembiraan tanpa tergantung kepada anggota tubuh karena
sesungguhnya hatilah yang merasakan segala perasaan tersebut.
Perumpamaannya seperti seorang yang bermimpi, baik mimpi buruk maupun
mimpi menyenangkan. Dalam mimpi jasmani seseorang tidak terpengaruh
oleh mimpinya, ia tetap berada ditempatnya semula. Namun tidak mustahil
jika ruh itu dikembalikan lagi ke jasad saat berada di kubur dan juga
tidak mustahil andaikan hal itu ditunda hingga hari berbangkit.
Wallahua’lam.
Dari Abdullah Ash-Shan’any, dalam mimpi ia bertemu dan berkata-kata
dengan Yazid bin Harun.Yazid berkata : “ Demi Allah yang tiada Ilah
selain Dia. Malaikat Munkar dan Nakir telah mendudukkan aku dan bertanya
kepadaku, “ Siapakah Rabb-mu? Apa agamamu? Siapa nabimu?”. Kemudian
ketika jawaban Yazid memuaskan kedua malaikat maka merekapun berkata: ”
Tidurlah seperti tidurnya pengantin dan tidak ada yang mengagetkanmu
setelah ini”.
Rasulullah bersabda : “Kubur itu salah satu dari taman-taman surga
atau salah satu dari lubang-lubang neraka”.(HR Bukhary-Muslim).
Dari Abu Sa’id, Rasululah juga pernah bersabda : “Andaikan kalian
banyak mengingat perusak kelezatan-kelezatan, tentu kalian akan sibuk
mempersiapkan apa yang pernah kulihat. Maka perbanyaklah mengingat
perusak kelezatan-kelezatan yaitu kematian. Tidaklah seorang hamba
mendatangi kubur melainkan kubur itu berkata : “ Aku adalah rumah yang
asing, aku adalah rumah yang sendirian, aku adalah rumah dari tanah, aku
adalah rumah yang penuh ulat”. Jika seorang hamba mukmin dikubur, maka
kubur berkata, “ Selamat datang. Engkau adalah orang yang paling
kucintai dari orang-orang yang mendatangiku. Jika pada hari ini engkau
dibawa kesini, maka engkau akan melihat apa yang kuperbuatkepadamu”.
Maka dia bisa bebas mengedarkan pandangannya dan dibukakan pintu-pintu
menuju surga. Jika hamba yang buruk atau kafir dikubur, maka kubur
berkata kepadanya, “Tiada kuucapkan selamat datang kepadamu, karena
engkau adalah orang yang paling kubenci diantara orang yang berjalan
mendatangiku. Jika hari ini engkau datang kepadaku, maka engkau akan
melihat apa yang kulakukan terhadapmu”. Maka ia dibaringkan dan
tulang-tulang iganya berserakan”. (HR Tirmidzy).
Subhanallah,
Semoga menjadi hikmah....
Bahwa kehidupan hanyalah sebuah perjalanan.
Maka, janganlah dunia menjadi se-besar besar hasrat kita, hingga melalaikan kita dari perjalanan yang sebenarnya
Dunia hanyalah persinggahan sementara.
Setiap diri pasti akan mendapatkan giliran untuk melanjutkan perjalanan menuju kehidupan yang sesungguhnya.
Sebelum terlambat dan menyesal....
Segera siapkan perbekalan.
Berjalanlah di muka bumi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah & Rasul-Nya
Karena se-baik baik bekal adalah Iman & Taqwa.
Abu Hurairah ra. Beliau menangis pada saat sakit (menjelang ajal).
Ketika di tanya apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab;
''Aku bukan menangis karena dunia yang akan aku tinggalkan, namun aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku tempuh, sedangkan bekalku teramat sedikit. Sementara perjalanan akan mendaki menuju syurga atau neraka. dan aku tidak tahu akan di bawa kemanakah diriku nanti''.
Saudaraku yang dirahmati Allah.....
Menyimak hikmah di atas.....
Lantas, bagaimanakah dengan persiapan bekal kita....?
Wallahu’alam bishawab.
Vien AM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar