Alhamdulillah, segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam. Menjadikan surga sebagai balasan terbaik bagi orang
beriman. Menjadikan neraka sebagai ancaman dan tempat persinggahan
terakhir bagi orang kafir yang ingkar.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
teladan dalam menuju surga dengan usaha dan doa. Semoga shalawat dan
salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya.
Setiap kita pasti berharap masuk surga.
Tak seorangpun yang menginginkan mejadi penghuni neraka. Namun tahukan
kita bahwa surga itu didapatkan dengan kesungguhan dan siap menanggung
beban berat. Sementara neraka dimasuki dengan menuruti syahwat dan
mengumbar maksiat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Neraka diliputi oleh syahwat sedangkan surga diliputi oleh sesuatu yang tidak disuka." (Muttafaq 'Alaih, lafaz milik Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Lafaz hadits di atas merupakan bagian dari Jawami' Kalim (kalimat ringkas yang penuh makna) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dalam mencela syahwat walau jiwa ini cenderung kepadanya, juga dalam
menganjurkan berbuat ketaatan walau jiwa ini tidak menyukainya dan
merasa berat menjalankannya. Di mana seseorang yang berkeinginan masuk
surga itu harus mampu menundukkan diri/jiwanya untuk menjalankan beban
syariat dari Allah dalam bentuk mengerjakan perintah atau meninggalkan
larangan-larangan dengan perkataan maupun perbuatan. Dan maksud surga
diliputi dengan makarih (sesuatu yang tak disuka) karena
beratnya beban yang harus ditanggung dan pelaksanaannya yang sulit,
bersabar atas musibah dan menerima keputusan Allah dengan lapang dada.
Sementara untuk masuk neraka tidak
demikian, ia bebas berbuat apa saja dan menikmati dunia sekehendaknya
tanpa memperhatikan larangan-larangan syariat. Orang yang ingin masuk
neraka juga tak perlu repot memenuhi panggilan shalat, menunaikan zakat,
dan puasa Ramadhan. Jika ingin mabuk, maka ia mabuk. Jika ingin zina,
maka ia berzina. Jika ingin mencuri, ia mencuri, jika mau korupsi, ia
korupsi. Tak perlu ia memperhatikan perintah Allah dan tak perlu ia
mengindahkan larangan-Nya. Namun, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka
yang siksanya tak ada bandingnya.
. . untuk masuk neraka tidak demikian, ia bebas berbuat apa saja dan menikmati dunia sekehendaknya tanpa memperhatikan larangan-larangan syariat . . .
Allah Ta’ala berfirman:
فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
"Maka orang kafir akan dibuatkan
untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang
mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)
Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu saja, al-hamim
(air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan disiramkan ke atas
kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari menjadi ahli neraka!
Kemudian Allah melanjutkan,
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ
"Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).”
(QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya panas air tersebut. Saat disiramkan
di atas kepala, maka air tersebut akan menghancurkan isi perut; daging,
lemak, dan ususnya. Yakni isi perutnya meleleh karena panasnya air
neraka yang mendidih tersebut. Sehinggapun kulit mereka juga meleleh.
Kita memohon keselamatan kepada Allah dari beratnya siksa neraka.
Selanjutnya Allah berfirman,
وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ
"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21)
Maqami’ itu semacam palu atau
martil dari besi yang dipukulkan ke kepala mereka. Maka ketika mereka
hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil tersebut di atas
kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka. “Setiap kali
mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya
mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah
adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj: 22)
. . . jika ingin masuk surga dan dijauhkan dari neraka maka seseorang haruslah bersungguh-sungguh mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.Dan terkadang perintah-perintah tersebut bukan sesuatu yang besar menurut kita. . .
Pada ringkasnya, jika ingin masuk surga
dan dijauhkan dari neraka maka seseorang haruslah bersungguh-sungguh
mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan terkadang
perintah-perintah tersebut bukan sesuatu yang besar menurut kita. Tapi
kalau itu perintah, maka kita tak boleh meremehkannya, karena ia menjadi
bagian dari sarana menuju surga.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْجَنَّةُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
"Surga itu lebih dekat kepada salah seorang kalian daripada tali sandalnya, dan neraka juga demikian." (HR. al-Bukhari)
Ibnu Baththal rahimahullah berkata,
"Di dalamnya (terdapat keterangan), ketaatan mengantarkan kepada surga
dan maksiat mendekatkan kepada neraka. Ketaatan dan kemaksiatan
terkadang dalam bentuk perkara yang sangat mudah. (Dinukil dari Fath
al-Baari, terhadap syarah hadits di atas)
Hal ini sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits lain, seseorang dimasukkan ke dalam surga karena satu
kalimat yang tak terlalu dianggap olehnya. Dan terkadang satu kalimat
yang tak disadari juga bisa menyebabkan seseorang masuk neraka, padahal
perkataan itu dianggap biasa saja.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى
لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً
يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya ada seorang hamba
berbicara dengan suatu perkataan yang tidak terlalu dia pikirkan lalu
Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga
seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah
murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke
dalam jahannam." (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara
dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa (tidak
berdosa), padahal karena ucapan itu dia dilemparkan di neraka sejauh 70
tahun perjalanan.” (HR. Tirmidzi. Beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib)
Oleh karenanya, seseorang tidak boleh
meremehkan kebaikan sekecil apapun itu untuk ia kerjakan. Dan juga tak
boleh ia meremehkan keburukan sekecil apapun itu untuk ia jauhi.
Sebabnya, karena ia tidak tahu kebaikan mana yang benar-benar dirahmati
oleh Allah, juga keburukan mana yang benar-benar membuat Allah murka
kepadanya.
Terdapat beberapa hadits lain yang
menyebutkan beberapa amal ringan tapi menjadi sebab Allah merahmatinya
dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga sekecil apapun amal yang
sudah mampu kita tegakkan dan ada kesempatannya, kita tidak
meremehkannya.
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadaku,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
"Janganlah sekali-kali kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri (menyenangkan)." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
"Wahai wantia muslimah, janganlah
seorang tetangga menganggap remeh untuk berbagi dengan tetangganya
walaupun itu kikil kaki kambing." (HR. Muttafaq A'laih)
Syaih Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
menerangkan maksud hadits di atas dalam Syarah-nya terhadap Riyadhus
Shalihin milik Imam Nawawi, "Maka dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menganjurkan untuk memberi hadiah kepada tetanga walaupun sedikit. . .
Seolah beliau bersabda: Janganlah engkau meremehkan kebaikan walau itu
hanya sedikit."
. . . sekecil apapun amal yang sudah mampu kita tegakkan dan ada kesempatannya, kita tidak meremehkannya. . .
Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang
sangat kehausan dalam sebuah perjalanan. Lalu ia mendapati sebuah sumur,
ia turun ke dalamnya dan minum. Kemudian ia keluar, tiba-tiba ia
mendapatkan seekor anjing sangat kehausan sampai menjilati tanah yang
basah. Kemudian ia turun lagi ke dalam sumur dan memenuhi terompahnya
dengan air, lalu membawanya dengan menggigitnya sehingga ia sampai di
atas dan memberi minum anjing tersebut. Atas amalnya itu Allah
memujinya, mengampuni dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga.
Mendengar penuturan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut
para sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, apakah kita juga mendapat pahala
dalam berbuat baik kepada binatang?" Beliau menjawab, "Dalam (berbuat
baik) kepada setiap makhluk bernyawa itu ada pahala." (Muttafaq 'Alaih)
Jika demikian besar pahala bagi yang
berbuat baik terhadap anjing, lalu bagaimana kalau itu terhadap sesama
manusia? Tentu pahalanya lebih besar. Maka jika Anda berbuat baik kepada
sesama manusia, maka pahalanya lebih besar dan lebih banyak. Oleh
karena itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Siapa
yang memberi minum seorang muslim yang kehausan, Allah akan memberikan
minum baginya dari Rakhiqul Makhtum (khamar murni yang dilak di surga).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Saya telah melihat seseorang bersenang-senang di surga
karena memotong sebuah pohon yang mengganggu di jalanan kaum muslimin."
(HR. Muslim) dalam riwayat lain, "Seseorang melewati dahan pohon yang
melintang di jalan, lalu ia berkata: Demi Allah saya akan menyingkirkan
dahan ini dari jalan supaya tidak mengganggu kaum muslimin. Karena itu,
ia dimasukkan ke surga."
Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, Tidak ada seorang muslim yang menanam satu tanaman kecuali
yang dimakan termasuk shadaqah, yang dicuri termasuk sedekah, dan tiada
diambil oleh seorangpun kecuali menjadi shadaqah baginya." (HR. Muslim)
Dalam riwayat yang lain, "Tiada seorang
muslim yang menanam tanaman, kemudian di makan oleh manusia, binatang,
dan burung kecuali menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat."
Ini merupakan anjuran bagi seorang
muslim untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan supaya tidak berat
untuk melakukan kebaikan walaupun sedikit, seperti menanam satu tanaman.
Ini akan menjadi shadaqah jariyah baginya yang pahalanya akan terus
mengalir kepadanya saat ia sudah meninggal dunia.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang
menerangkan tentang amal-amal kecil di mata manusia, tapi kemudian
Allah memujinya, mengampuni dosanya, serta merahmati pelakunya karena
sebab amal kecil itu hingga ia dimasukkan ke dalam surga. Sesungguhnya
kita tidak tahu amal mana dari amal-amal shalih kita yang dirahmati oleh
Allah Ta'ala, boleh jadi amal tersebut bukan yang dianggap besar oleh
kebanyakan manusia. Karenanya, jangan remehkan amal kebaikan sekecil
apapun itu. Wallahu Ta'ala A'lam.
Subhanallah,
Mari perbanyak amal shalih semata-mata hanya mengharap rahmat dan ridho-Nya.
Oleh; Badrul Tamam
[PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar